name='rating'/> Mbah maryatun , Nyekar dan ibadah
DokterGEJE HISNINDARSYAH  

Sekali lagi tentang nyekar. Dan aku yang faqir tak mampu dan tak mau berdebat tentang nyekar
sebagai bid'ah atau ibadah yang'ngarang-ngarang'
Dengan alasan tak ada dalam tuntunan Islam. 

Buatku nyekar adalah bentuk penghormatan, rasa terima kasih, saatnya beramal dan pengingat akan kematian. 

Tradisi ini biasa aku dan keluarga lakukan saat akhir Ramadhan. Dan dari beberapa guruku, ini disebut Urf : tradisi baik yang tidak bertentangan dengan Islam. 

Dan hari ini aku dan kekuarga berziarah. Ke makam keluarga istri di TPU pegirian surabaya.

Bagi kami ziarah kubur alias nyekar, diniatkan bukan sekedar tebar bunga atau baca Yasinan.

Tapi juga hari untuk menambah pundi jariah. 
Amal jariah bagi yang masih hidup: mulai tukang pakir, penjual air dan bunga, pembersih makam, hingga anak anak yang menjadi peminta jariah dadakan ataupun profesjonal. 
Aku tak peduli, karena jariah tak perlu berpikir untuk dan pada siapa kita akan memberi.

Juga jariah bagi yang sudah wafat. 
Mengirimkan Al fatihah dan Yasin, seraya mendoakan agar almarhum almarhumah dilapangkan kuburkan, diterima amalnya dan diampuni dosanya.

Lalu kalau cuma untuk tujuan itu, buat apa kita susah payah datang ke kuburan? Bukankah berdoa dari rumah atau masjid pun sudah cukup? 

Kembali ke hal yang awal aku niatkan. Tujuanku 
ke pemakaman adalah memberi penghormatan, pengingat akan kematian dan berjariah.

Dan inilah yang membuatkan mengenal mbah maryatun. Seorang penjual bunga mawar tabur untuk pemakaman. Usianya 87 tahun. Tulang pundaknya sudah membungkuk. Tubuhnya mengecil . Kyposis dan osteoporosis, istilah kedokterannya.  

Berayah dari krian dan beribu asal jombang. Sudah 45 tahun lebih, mbah maryatun berjualan kembang untuk peziarah makam. Tidak ada pekerjaan lain, selain menjual kembang di kuburan pegirian.

"Mbah ga pernah pingin pekerjaan lain?"

"Kulo mboten gadah pekerjaan" 
( saya tidak punya pekerjaan) 

" lho simbah jualan kembang ini, sanes sadeyan?"
( lho, simbah jualan ini bukan jualan? )

" Kulo mboten sadeyan kembang. Kulo meniko tiyang bodo. Pengen ibadah. Lewat kembang meniko kulo niat ibadah. Soale sing ziarah meniko mesti moco Qur'an. Lah kulo mboten saget moco Qur'an. Sampun lali. Sampun lamur. 
Menawi wonten sing ziarah , mesti kulo tambahi mawar, sambil niat mugi mugi melu entuk barokah"

( Saya tidak jualan kembang. Saya ini orang bodoh. Cuma pengen ibadah. melalui kembang ini, saya niatkan ibadah. Karena yang ziarah mesti membaca Al qur'an. Saya tidak bisa baca Qur'an. Sudah lupa. Mata pun kabur. Kalau ada yang ziarah dan beli kembang, mesti saya tambahi mawar. Sambil niat dalam hati moga moga bisa ikut dapat barokah)

Makdeg. Hatiku seperti dipukul palu godam.
Aku yang awalnya berniat jariah, langsung lemas. Karena ada yang lebih tinggi lagi niatnya. Yaitu meniatkan hidupnya untuk ibadah. 
Dan pelajaran itu aku dapat dari seorang tua yang ringkih. Namun wajahnya dipenuhi senyum ikhlas dan bercahaya.

Dari mbah Maryatun, aku belajar makna ibadah, yang tidak melulu seperti di hukum fiqih islam ataupun sunnah sunnah saja.

Tapi menjadikan segala apapun yang kita lakukan, diniatkan untuk ibadah. 

Sebagaimanai ilmu makrifat mbah Maryatun tentang arti ibadah pada Allohyang sesungguhnya.

Maturnuwun mbah Maryatun yang telah memberi pelajaran indah tentang ibadah dan jariah. 

Marhaban ya ramadhan 1443H, mohon maaf segala khilaf. Semoga Alloh mengampuni dosaku dan dosa kita semua. 

Tugu pahlawan jelang ramadhan 1443H
Kamis 31 maret 2022
Jumat berkah 1 april 2022 mari kita bersedekah

#DokterGeJemuhasabahdiri
#Nyekardanibadah






0Comments

Previous Post Next Post