name='rating'/> KAMI SUDAH MEMILIH
Oleh. Hisnindarsyah

Kami sudah memilih
Untuk mengeringkan air mata
Tapi tidak beku hati

Tanpa risau cemas akan hari ini atau esok hari
Melalui hari demi hari, waktu demi waktu Dengan sabar
Seperti Rasululloh SAW yang bersabar saat mendapatkan cacian dan lemparan suku bani Thaif saat berdakwah
Yang bahkan malaikatpun menjadi gusar karena ketidakadaan adab yang dimiliki oleh mereka
Mencontoh Abu Bakar, yang belajar bersabar manakala sahabat Bilal ditindih batu dan ditaruh ditengah gurun oleh sang majikan, karena kalimat Ahad,Ahad, Ahad 
Yang tak lepas dari bibirnya
Dan sahabat Abu Bakar, memilih menebusnya dgn harga 10 x lipat dari harga yg ditawarkan majikannya
Lantas memerdekakannya

Kami sudah memilih
Untuk mengeringkan airmata
Tapi tidak beku hati

Melepaskan diri dari dunia yang penuh kenikmatan semu yang serba neka
Kami sudah berbahagia
Manakala kembali pulang dengan selamat 
Dan melihat senyum mengembang sang buah hati dan istri tercinta
Menyambut kami pulang 

Kami telah memilih
Untuk menukar masa indah remaja
Dengan belajar dan berlatih, sekeras kerasnya
Karena kesadaran dan cinta yang kami punya, pada tanah kelahiran kami bernama Indonesia
Dengan perjuangan, ketabahan, dan pengorbanan yang tak terbataskan.

Kami mungkin tidak memiliki banyak harta
Kami mungkin jauh dari kemegahan dan kemewahan
Karena sesungguhnya
Rumah kami ada di hutan, bukit dan belukar
Tempat kami berkelana adalah sungai deras dan lautan dalam
Bahkan tingginya awan adalah tempat kami bersemayam bersama parasut yang suatu saat bisa tidak mengembang

Tapi kami sudah memilih
Cukuplah truk tempur, bus penumpang atau angkot yang menjadi kendaraan pengantar kami untuk bertugas
Tidak perlu cafe dan resto mewah untuk mengenyangkan perut kami
Cukup warung sederhana sebagai makanan mewah yang kami sukai
Dan kami bersyukur karena kami mampu membayar ini, tanpa harus melacurkan diri dengan menjual kehormatan dan harga diri bangsa ini
Tanpa harus berorasi membawa bawa atas nama apapun juga , padahal sejatinya dirinya adalah pengkhianat bangsa

Bagi kami..
Cukuplah makan kami agar kami tetap kuat berdiri dan berlari
Untuk mengangkat jenazah saudara kami yg tertembak
Untuk mengangkat anak anak, orang lanjut usia bahkan yang muda muda, kala mereka tertimpa musibah di daerah bencana
Untuk mengangkat karung karung beras, gula dan sembako untuk kami bagikan pada masyarakat yang membutuhkan
Dan..
Untuk membawa ransel, amunisi 
Mengangkat senjata
Melawan musuh yang ingin meruntuhkan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Termasuk menghadapi pengkhianat2 yang ingin menghancurkan bumi pertiwi yang kami cintai sampai mati
Lewat orasi dan provokasi

Makan siang dan makan malam kami adalah masakan dini hari
Dan ini sudah cukup untuk kami, memiliki kekuatan, memanggul beban, mengangkat kejayaan bangsa ini.
Tidak lebih, cukup dengan masakan dini hari. 

Kami tidak merasa nyaman, tidur di hotel berbintang
Karena kami biasa terlelap di bivak2 , dibawah pohonan nan rindang, atau di atas ayunan perahu karet
Atau di anjungan dan buritan kapal
Mungkin kami tidak punya bekal uang yang banyak,
Tapi selama sinar matahari masih bersinar
Dan udara sejuk masih terhembuskan
Rizki Alloh seluas samudera, setinggi langit, seluas daratan.
Kami tidak akan kufur dari nikmat Alloh yang besarnya tak terukurkan

Dan bila hingar bingar dunia telah mereda
Maka dingin malam menembus sepatu, jaket dan topi baja
Takkan membekukan hati kami.
Karena
Kami peluk senjata sambil membayangkan anak istri kami
Lalu berdoa ...
Agar anak istri kami
Diberikan keselamatan oleh Ilahi Robbi

Dan bila tugas telah selesai kami tunaikan
Dan kami harus pulang membawa luka dan cedera 
Kami tiada akan kecewa
Karena ini adalah jawaban atas doa kami
Karena ini adalah jawaban terhadap pilihan kami
Kami tiada kecewa manakala tiada yang menjemput kami
Kami tiada kecewa ketika tiada yang menanyakan apa, bagaimana dan untuk siapa kami melakukan ini
Karena kami paham
Bahwa mereka tidak paham
Karena kami sadar
Bahwa mereka tidak sadar
Karena kami sabar
mereka yang tidak sabar
Karena kami tau
Bahwa mereka tau kami tau
Apa tujuan mereka yang sesungguhnya

Kami akan melenggang pulang
Berdoa dapat tumpangan
Jika pun tidak
Berjalan kakipun , sudah jadi kebiasaan
Tidak perlu ragu dan risau.

Buat kami cukuplah
Bila ada seseorang yang menanti kami dengan kerinduan.
Bila ada harapan mendengar celotehan dari sang buah cinta yang menanyakan, kenapa ayah baru pulang
Cukuplah itu menjadi harta terbesar, terindah bagi kami yang baru tiba dari hutan, gunung dan lautan

Buat kami cukuplah
Bila istri bersabar , saat melahirkan tanpa kami ada disampingnya
Bila istri ikhlas, saat dirinya dan sang buah hati sakit tiada yang menemani
Biarlah rekan rekan kami, atasan kami yang mendampingi
Bersama doa yang selalu kami lantunkan 
Dari rimbunan belantara dan basah air pasang di perbatasan
Semata mata...
Karena kami sedang bertugas di tapal batas, menjaga keutuhan dan keselamatan NKRI

Kami tidak perlu pujian 
Bahkan kau mencaci maki kami dengan ujaran yang melecehkan, kami bersabar
Karena kau tidak sadar
Karena kau tidak paham
Karena kau tidak pernah mengalami tidur dibawah bintang2 ditemani nyamuk, ular dan anjing hutan
Karena kau tidak pernah merasakam tidur dibawah awan di ufuk senja ditemani gelombang pasang yang mengombang ambingkan kapal yang nyaris karam

Namun sebab itu...
Dan karena itu...
Maka hati kami tidak beku
Hati kami dipenuhi gelombang cinta
Hati kami dipenuhi gelora doa
Yang lahir dari ribuan jiwa yang melayang saat gempa dan tsunami melanda
Ada dihadapan mata
Yang hadir dari desingan peluru dan bom bom yang jatuh disekitar tanah lapang dan kapal tempat kami bertahan dan menunggu saat yang tepat untuk menyerang
Atau harus berpulang menghadap Tuhan

Maka hati kami tidak beku
Hati kami penuh dengan cinta
Yang tulus, lembut dan mesra 
Penuh keikhlasan dan kesabaran 
Yang kau tidak pernah bisa merasakan
Yang kau tidak pernah bisa membayangkan 
Namun dibalik itu semua
Kami adalah ksatria
Yang malu berbuat cela
Dan pantang berkhianat untk bumi Indonesia

Kami sudah memilih
Untk mengeringkan airmata
Tapi tidak beku hati

Bahwa tempat kami berada adalah ditengah
Orang kebanyakan, orang miskin yang penuh keprihatinan dan yang tiada berpunya
Tempat kami, bukan di tempat orang yang tamak, rakus, sombong dan tidak menghargai kerja penuh kebaikan
Karenanya
Kami dilatih solid, kuat dan kompak
Sehingga siapapun yang mencederai salah satu dari kami
Apalagi institusi kami
Itu berarti mencederai Republik ini
Ini yang tidak bisa kami toleransi

Meskipun demikian 
Kami tetap memilih untuk bersabar
Bersabar walau kau lecehkan, fitnah dan hinakan
Bersabar walau terus kau injak harga diri dan kehormatan kami
Karena kau tetaplah saudara sebangsaku
Karena kau tetaplah rakyat negeri yang aku cintai
Hingga sampai saatnya kelak
Akhirnya kami harus memilih..
Memilih untuk syahid
Sebagaimana Rasulloh SAW berhijrah dan dengan sabar menunggu wahyu , hingga tiba saatnya untk melakukan perang Jihad Fisabillilah
Menghadapi kaumnya sendiri yang ingkar dan khianat

Air mata kami sudah kering
Doa adalah senjata utama kami
Istri dan anak yang setia menunggu adalah harapan kami
Dan untuk itu
kami memilih berdarah darah dan siap mati untuk bumi pertiwi
Walaupun itu kau anggap tiada berguna
Tapi tidak mengapa...
Karena suatu saat kau dan aku sama sama akan mengakhiri perjalanan hidup ini

Dan cukuplah ini
Yang menjadi pembeda antara kau dan aku...
Karena pada saat kematianku
Riwayatku akan dibacakan
Seluruh atasan, bawahan dan handai taulan akan menghantarkan
Jenazahku akan diupacarakan 
Dan petimatiku akan diselimuti oleh kain berwarna merah putih
Kain bendera yang aku bela sampai mati....

Dan istriku, akan menerima bendera itu dengan penuh rasa cinta
Walau penuh derai airmata
Tapi aku tau, dia memiliki cinta yang sama Sebagaimana cintaku pada bumi pertiwi ini.

Dan itulah pilihanku 
Yang berbeda denganmu
Dan orang orang yang berdiri dibelakangmu

Surabaya 11 03 2019
Repost 26.03.2022



0Comments

Previous Post Next Post