name='rating'/> Peran Menyusui di Kala Pandemi
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah merebak di seluruh penjuru dunia. Semua orang menjadi resah, panik, dan ketakutan, tak terkecuali para Ibu yang memiliki bayi dan balita. Muncul kekhawatiran tentang 
apakah ibu yang menderita COVID-19 dapat menularkan virus SARS-CoV-2 ke bayinya saat menyusui. Adapula yang karena ketakutan berlebihan, sampai tidak menyusui bayinya, mengisolasi diri terpisah dari bayinya agar tidak menularkan. Sehingga melihat fenomena tersebut perlu dipertimbangkan 
bagaimana sebenarnya pedoman menyusui di kala pandemi.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan terbaik bagi seorang bayi. ASI memiliki komposisi 
yang pas untuk melindungi bayi dari berbagai serangan infeksi. Bayi yang baru lahir secara alamiah mempunyai  antibodi dari plasentanya. Antibodi ini akan cepat menurun segera setelah bayi lahir. Sedangkan tubuh bayi baru lahir belum mampu membentuk yang baru. Sehingga dengan adanya ASI, maka kekurangan antibodi akan terbantukan.

Zat kekebalan dalam ASI itu diantaranya secretory-IgA (sIgA), Lactobacillus bifidus, 
laktoperoksidase, lisozim, dan lekosit akan menurunkan risiko infeksi pada saluran pencernaan, saluran pernafasan, telinga, diabetes mellitus, dan penyakit alergi. Bayi dengan ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Bayi yang mendapat ASI Eksklusif memiliki kelenjar timus yang lebih besar secara signifikan dibanding bayi yang mendapat ASI parsial atau yang hanya mendapat PASI (Pendamping ASI, seperti sufor dan makanan bayi lainnya).

Cairan kolostrum mengandung leukosit 5x106 sel per ml, jumlah ini meningkat 10 kali lipat pada ASI matur. Leukosit ini pada umumnya terdiri dari makrofag dan neutrofil yang berfungsi mem-fagositosis mikroba patogen. Limfosit, termasuk diantaranya sel T, sel NK (Natural Killer cell), dan sel B, membentuk 10% dari leukosit didalam ASI. Sel ini bertahan melewati sistem gastrointestinal bayi kemudian diabsorpsi dan mempengaruhi respon imun bayi. ASI juga mengandung beberapa faktor non spesifik yang memiliki efek antimikroba.

ASI disinyalir dapat menularkan beberapa penyakit virus dari ibu ke bayinya. Namun virus yang 
ditemukan dalam ASI terkadang tidak dapat ditransmisikan (ditularkan) ke bayi. Jika sampai menularkan, itu karena kadar virus lebih tinggi daripada antibodi yang ada di dalam ASI.

Lalu bagaimana dengan peran menyusui selama pandemi Covid-19 ini? 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan para Ibu untuk tetap menyusui bayinya dan rawat gabung. Sepanjang 
siang dan malam dan untuk mempraktikkan kontak kulit ke kulit, termasuk perawatan metodekanguru, terutama segera setelah lahir dan selama memulai menyusui. (World Health Organization, 2020).

Hingga saat ini, belum cukup data untuk menyimpulkan penularan secara vertikal COVID-19 (dari Ibu ke bayinya) selama proses 
menyusui. Pada bayi, risiko terinfeksi COVID-19 masih rendah, infeksi biasanya bergejala ringan atau 
asimptomatik. Disisi lain akibat dari tidak memberikan ASI dan pemisahan antara ibu dan bayi lebih membawa efek buruk, baik fisik maupun psikisnya.

Adanya IgA dalam ASI adalah salah satu cara di mana menyusui melindungi bayi dari infeksi dan kematian dari Covid-19. Tingginya Sekretori IgA (SIgA) dari ASI ibu yang sudah pulih Covid-19 dapat menurunkan kekebalan pada bayinya. Adapun pedoman menyusui saat pandemi, adalah sebagai berikut :

1. Tetap menggunakan masker
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
3. Jika hendak batuk, maka batuk dengan etika batuk yang benar. Yaitu  ditutup ketika batuk
4. Jika kondisi ibu masih sakit dengan gejala berat, maka bisa dibantu dengan perah atau pompa ASI. Selama dipastikan alat pompa bersih, insya Allah aman. 

Salam sehat dan selamat menyusui

#DokterGeJebelajarMenyusui
#TaatProkes5M
#Ayovaksin




0Comments

Previous Post Next Post