name='rating'/> Dirgahayu TNI AL : BKR Laut Cikal Bakal TNI AL

Hari ini pada 75  tahun yang lalu, tepatnya pada 10 September 1945, Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut didirikan oleh veteran Koninklijke Marine dan Kaigun.

Koninklijke Marine merupakan Angkatan Laut Belanda, sedangkan Kaigun merupakan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.

Dilansir dari dokumentasi TNI AL, veteran Indonesia yang pernah tergabung dalam dua kesatuan tersebut sepakat untuk bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk matra laut, setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.

Semangat yang ada dalam kedua veteran itu menjadi faktor pendorong terbentuknya kesatuan ini. BKR Laut ini merupakan cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).

Setelah BKR Laut terbentuk, maka berbagai kesatuan laut terus berbenah untuk membangun matra ini menjadi lebih baik. Pasukan BKR Laut memulai aksi-aksi untuk mengambil alih gedung-gedung di Pelabuhan Tanjung Priok.

Dengan aksi itu, BKR Laut akhirnya memberikan komando kepada pemuda pelaut di berbagai daerah untuk membentuk kesatuan BKR Laut.

Pada 5 Oktober 1945, BKR akhirnya berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Otomatis, matra yang ada di dalamnya termasuk laut juga menyesuaikan.

TKR Laut akhirnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sebelum belakangan menjadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).

Berdayakan kapal Jepang

Ketika sudah menggunakan nama ALRI, segala kekuatan dan kemampuannya diberdayakan. Kapal-kapal peninggalan Jepang mulai digunakan untuk memenuhi tugas penjagaan laut wilayah Indonesia.

Melalui kekuatan ini, ALRI melakukan operasi laut di Indonesia dan melakukan penerobosan blokade laut yang dijaga Belanda.

Mereka yang tergabung dalam ALRI, melakukan penyerangan kepada Angkatan Laut Belanda seperti di Selat Bali, Laut Cirebon dan Laut Sibolga.

Setelah berkali-kali melakukan operasi laut, ALRI juga membentuk beberapa unit untuk mendukung Perang Kemerdekaan.

Corps Armada (CA), Corps Marinier (CM), dan lembaga pendidikan di berbagai tempat terbentuk untuk menunjang unsur-unsur ALRI dalam menjaga kedaulatan Indonesia di sektor laut.

Setelah perjanjian KMB dan pengakuan kedaulatan Indonesia atas Belanda, ALRI mendapatkan sejumlah alutsista untuk menamah kekuatannya.

Peningkatan kekuatan itu dibarengi dengan menyempurnakan strategi, taktik dan operasi laut untuk menghadapi gerakan separatis yang muncul.

Akhirnya, ALRI mendapatkan konsep operasi laut, amfibi dan konsep lain dengan matra darat dan udara.

Modernisasi

Sejak 1966, ALRI kemudian disebut dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut. Hal ini merupakan babak baru dalam perjalanan sejarah seiring dengan integrasinya dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Memasuki 1980-an, TNI AL melakukan modernisasi peralatan tempurnya. TNI AL mulai membeli kapal perang modern jenis baru untuk menambah daya gempur sektor laut.

Selama dasawarsa 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal - kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas Frosch, dan penyapu ranjau kelas Kondor.

Penambahan itu untuk memenuhi tuntutan tugas dalam menjaga perdamaian dan keamanan dalam wilayah Republik Indonesia.

Sesuai dengan Undang-Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 9, Angkatan Laut bertugas salah satunya Melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan. Selain itu, TNI juga melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dirgahayu TNI AL 10 September 2020

Jalasveva JayaMahe

( dirilis ditulis ulang oleh Hisnindarsyah)



4Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post