name='rating'/> OTB Dan Kamuflase Pandemi

Baru saja aku berkomunikasi  dengan beberapa teman. Yang ikut dalam terlibat dalam konflik berbau SARA. Di tahun 1999 hingga 2001. Sekitar  Poso, Maluku Utara hingga Ambon.

Aku sempat ikut dalam penugasan di daerah tersebut. Dalam misi kemanusiaan: Operasi Surya Bhaskara Jaya 1999. Namun misi kemanusiaan itu, mendadak berubah.

Menjadi operasi penyelamatan pengungsian. Operasi 'semi' militer, yang ' terpaksa' dilakukan. Karena konflik yang memanas di kedua kubu. Putih-Merah, Acang- Obet, istilahnya.  Mengakibatkan personil Satgas SBJ pun,  terjepit. Sehingga kotis ( komando taktis,) memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan. Lalu segera mengeluarkan perintah, untuk kembali ke kapal. PKSP.

Namun justru  disanalah aku bertemu dan belajar. Tentang strategi 'Gerakan Tanpa Bentuk' dari 'Organisasi Tanpa Bentuk'.  Atau disebut GTB/OTB. Suatu gerakan yang hanya bisa hidup jika mendompleng pada inangnya.

Bisa saja  inang itu,  berasal dari persoalan esensial seperti kesenjangan sosial ekonomi. Atau persoalan ' recehan', semacam serempetan mobil, atau cinta yang tak sampai alias ditolak. Timbullah ketidakpuasan, kekecewaan. Dilampiaskan tapi dengan  didomplengi. Bahkan dipertajam dengan hal hal yang berbau SARA( suku, agama, ras, antar golongan). Tujuannya untuk memicu konflik dan melanggengkan konflik. Lalu siapa yang diuntungkan oleh situasi chaos itu? Mereka yang berada pada GTB dengan OTB, dan dipersatukan oleh ' kesamaan kepentingan'.

Sesungguhnya Organisasi tanpa bentuk ( OTB), ini mirip dengan virus. OTB tidak dapat hidup, jika tidak  memiliki inang. Seperti sifat virus Covid yang super canggih, super ulet dan super sabar. Demikian pula halnya, dengan gerakan OTB ini. 

OTB sangat sabar menunggu peluang. Ketika peluang didapatkan, walau hanya sedikit saja, OTB langsung masuk dan menempel di inti sel nya. 

Inti sel apa yang dijadikan target OTB?  Yaitu, inti sel bergenom Suku Agama Ras dan Antar Golongan( SARA) . Ketika OTB berhasil menempel di inti sel ini, dia langsung menduplikasi genomnya. Apa itu genom? Genom adalah informasi genetik yang terdiri dari rantai asam nukleotida. 

Genom apa yang ada pada OTB ? Yaitu genom  rantai nukleotida berupa informasi yang bersal dari kumpulan ide,  isme, paham, kultur dan sosio budaya dari SARA.  bahkan kitab sucinya pun diduplikasi.Ditiru.

Lalu menggunakan penyamaran sebagai strateginya. Sehingga tubuh tidak lagi mengenal, siapa teman siapa kawan.

Penyamaran ini yang membuat strategi OTB , jarang gagal.

Meniru istilah salah satu teman Panglima Dian, OTB ini mencetak kader Paduka : Pasukan bermuka dua. OTB sangat ahli menyamar dan 'manipulasi'. Selain itu,  OTB ini super ulet. Terutama jika diberhasil menduplikasi , dan mereplikasi (memperbanyak diri). 

Dia tidak pernah menyerah dan terus mencari titik lemah dari targetnya. 

Apa yang diharapkan oleh OTB yang berinangkan SARA ini? Yaitu situasi Chaos atau rusuh. 

Dalam istilah mekanisme pertahanan tubuh disebut badai sitokin. Mengapa mereka menginginkan rusuh ala badai sitokin? 

Karena chaos ini akan menyebabkan  over respon terhadap OTB yang justru, menghancurkan diri sendiri.

Ingat !

OTB tidak akan pernah menggunakan kekuatan dirinya sendiri. Dia hanya bertugas memanas manasi saja. 'Ngompori', istilahnya. Karena itu,  kerusuhan bernuasa SARA, sangat berpotensi tumbuh suburnya OTB. 

Ingat !

Teroris dan ekstremis, tidak pernah terjun ke dunia politik. Mereka menggunakan politik praktis hanya sebagai ' tunggangannya'.

Ibarat berlari secepat kuda, tidak perlu menjadi kuda. Tapi jadi penunggangnya. 

Dan jadi penunggang itu , bebas merdeka. Mau menggunakan kuda , boleh. Mau pakai siput juga oke. Suka suka saja. 

Tapi satu hal yang tidak  'suka-suka' pada OTB. Mencapai target yaitu Kepentingan

Kepentingan seperti apa? Yah seperti kepentingan akan kekuasaan, pangkat, kehormatan. Tapi yang paling banyak    adalah kepentingan dibidang ekonomi. 

OTB tidak peduli, mau pakai jargon apa saja, terserah. Mereka mensahkan segala cara. Asal mereka dapat meraih kekuasaan.  Melalui skenario adu domba, konflik ,intrik, konspirasi, kolusi dan pelanggengan kekuasaan : hegemoni.

Dalam kondisi pandemi Covid19 ini, OTB pun menjadi virus ekternal. OTB pun bisa menunggangi pandemi dengan isu bisnis nakes, pasien 'dicovidkan' , teori konspirasi Halu, gerakan anti masker, Covid hanya bualan dan berbagai macam isu lainnya.

OTB mengharapkan instabilitas dari NKRI.  Dengan membawa isu ekonomi perut lapar vs nakes- rakyat bergelimpangan meninggal,  terpapar. 

Bagaimana menghadapi OTB di era pandemi ini? Ini harus dihadapi dengan SABAR dan Rasional. 

Dalam beberapa  penelitian, Covid19  tidak dapat berkembang jika kita tenang. Sedangkan pada saat stress dan emosional, Covid19 mereplikasi diri dengan cepat. 

Oleh karena itu, menghadapi OTB ini,  serupa menghadapi virus. Kita harus sabar dan tenang. Jangan mudah terprovokasi dengan berita2 viral di medsos atau Tivi. Pertahankan pikiran jernih, jangan mau dan mudah terhasut.

Namun terus berikhtiar untuk berjalan di Shirothol Mustaqim. Dengan melangkah di jalan Tuhan. Berbekal sabar dan tawaqqal. 

Kita hancurkan OTB dan virus, melalui ketawaqallan pada Alloh Ta'ala. 

Ruang SPI Midianto jumat 10.09.2020

Foto bersama maestro ketoprak ludruk wayang orang THR Surabaya " Ki  Sugeng Rogo".

Maturnuwun sampun rawuhnya ke gubuk kulo dan memberi blangkon putih.

" Ben padhang pikire, putih ati lan lakune".

Maturmuwun 

#dokterGeJeterussemangatlawanCorona

#Janganmauditunggangi

#tetapteguhmelawanPKI

#tragedi30september1965





9Comments

  1. Terima kasih atas pencerahan Mas Hisnin.
    Semoga semua anak bangsa menyadari.
    Benar OTB bisa di awal ngompori sebagai bulsi dan alat proxy. Beda lagi ketika revolusi PKI gagal, kepada operator yang belum tertangkap diharapkan meneruskan perjuangan via OTB. Jasmerah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih atas saran dan masukan dr asih puji widodo, kami sangat bersyukur atas tanggapam yang bernas dan cerdas, dari admin pengelola, disampaikan salam hormat dari penulis. Trimakasih sll menyimak tulisan di blog ini

      Delete
  2. Sungguh merupakan suatu pengkajian yang luar biasa bagi saya yang membaca artikel ini,penulis sangat lihai menilik dari berbagai sudut pandang sebagai sebuah uji pengalaman masa lalu serta kegelisahan yang dihadapi masyarakat saat ini, sehingga mengetuk alam pikir kita tentang bagaimana me manage suatu permasalan yang timbul sampai solusi yang relevan untuk dilakukan..jarang saya mendapatkan narasi seperti diatas,apalagi di padukan dengan bahasa yang sederhana namun lugas serta dipastikan akan mudah dimengerti oleh yang membacanya.
    Terus berkarya bapak hisnindarsyah,semoga apa yang selalu disajikan akan menjadi "jamu, juga penawar penyejuk" buat pembaca dijaman yang mulai hingar bingar ini.
    Dari Pintu Gerbang Barat Nusantara kami menyapa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas motivasi dan semangat yang diberikan pada penulis. Sbg admin ,mewakili penulis, disampaikan terimakasih atas komentar dan sarannya. Kami ssngat butuh masukan dan kritikan untuk pembenahan pada tulisan yang mendatang. Salam hormat dari penulis. Admin

      Delete
  3. Inspiratif Dok. Jadi belajar.. perilaku virus covid saat ini mirip OTB, ya Dok..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih tanggapan dr hafid spKJ, kami berharap saran masukan thd tulisan tulisan ini. Semoga bermanfaat dan terus berikan kritikan dan masukan yang membangun pada penulis. Salam hormat, admin

      Delete
  4. Tsb tulisan yg mnarik, to be motivated.....
    Bhw mmg bagaikin covid-19.....hilangin inangx spy ga nulari......kui yg wjb diperbuat utk hilangkin OTB (misale.....hindari sebisax ktimpangan poleksosbud seputar juga prubahan mind+culture+behavior set.....tsb perlu upaya bersama.....mungkin biso niru politik Snouck Horgronye naklukin Aceh yooo.......
    DUM

    Tks

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Tulisan bagus, memberi gambaran komparatif, antara OTB dan Covid. Sampai lbh 50%, terus terjadi komparasi. Lama kelamaan kehilangan fokus yg menjadi tujuan tulisan. Tentunya maslalah Covid agar *dipahami,* kebih dari sekedar mengerti.
    Ada satu kekurangan, kalau gak disebut kelemahan, *komunikasi* publik, saat ini, yg dilakukan. Yaitu mengajak publik *sadar* apa, bagaimana Covid tersebut?
    Justru tulisan Hisnin, cocok memberikan kesadaran apa dan bagaiman Covid tsb dg perbandingan OTB.
    Lain kesempatan bisa diberikan bagaimana supaya gak terjadi OTB, yg merongrong persatuan bangsa tsb.
    Barokallah dari Bapak Soewarno Djarum Fondation

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post