name='rating'/> Good Looking vs Bad Intentions

Aku kembali teringat sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar.  Setiap hari Senin aku dan teman-teman bakal berebut berada di barisan depan. Ada  sebuah " pride": kebanggaan , rasanya. Jika bisa duluan tiba di sekolah,  lalu  berdiri di lapangan.  

Padahal alm. Bang Maid,   tukang kebon , masih sibuk nyiapin sound system dan mikropon. Pokoknya nggak mau banget sampai keduluan temen buat ambil barisan depan. 

Dan karena, " kemenanganku" , selalu duduk paling depan. Dengan baju sekolah rapih. Buku tas tersampul coklat rapi. Cara menulis rapi. Memimpin kebersihan dan kerapihan kelas, dengan  baik. Maka aku terpilih menjadi ketua kelas. 

Dan  selama berada di bangku SD, aku tidak pernah dilengserkan dari jabatan sebagai Ketua Kelas. 

Mungkin karena aku seorang good looking ? Hehehe. Entahlah.

Juga dalam urusan upacara. 

Tidak pernah diriku absen, sebagai komandan upacara. Aku pun juga sudah berusaha menghindar. Dengan mencoba berdiri di barisan paling belakang. Tapi, selalu dan lagi lagi , dipanggil jadi komandan upacara.

Padahal sejujurnya , dari seluruh rangkaian upacara, sisi yang paling menyenangkanku adalah sebagai pembaca Pancasila.  Mengapa?  Karena cepat dan  tidak bertele tele.  Awalnya yang penting asal hapal saja, tanpa paham maknanya. Namun lama kelamaan telah menyatu dalam hati dan pikiran. 

Tapi lagi lagi, aku lebih terpilih menjadi komandan upacara yang waktunya panjang dan lama. Daripada sebagai pembaca pancasila.

Apakah karena aku seorang ' good looking' sehingga terpilih seperti demikian

Hehehe, entahlah.

Demikian juga ketika duduk di bangku SMP dan SMA, posisi jabatan sebagai ketua OSIS, ketua MPK( Majlis permusyawaratan Kelas) , dan Ketua Malam kesenian, seakan hanya berganti giliran. Jadi langganan. Termasuk sebagi Ketua Binrohis sekolah.

Apakah karena aku seorang ' good looking' sehingga terpilih seperti demikian

Hehehe entahlah.

Artinya, sedari dulu , pendidikan sekolah  telah melatihku tetang adab dan etika pribadi. Untuk selalu bersih rapi . Mulai dari hati, pikiran , hingga kata dan perbuatan. 

Istilahnnya good looking lahir bathin. 

Dan itulah keberhasilan pendidikan . Baik pendidikan umum maupun pondok pesantren

Dulu aku belajar mengaji di ponpes nurul iman Cipulir  dan pengajian Al Azhar di Masjid Al Azhar Blok M. Di tahun 1978 sd 1985. Yang utama diajarkan adalah adab etika perilaku sebagai seorang muslim. Dengan membaca Al Qur'an dan memperbanyak Sholat sunnah. Puasa dan wirid. Tirakat ketat. 

Dan hasilnya,  mungkin aku nampak terlihat seperti " baik baik". Good looking. 

Tapi, justru rupanya , ada sekelompok orang tertentu yang memperhatikan ke 'good lookingan' ku ini. 

Dan mereka memilihku. 

Mengajakku mengikuti kegiatan di salah satu tempat ibadah terbesar  di Jakarta. Seolah mereka ingin memberi pengetahuan dan memperkuat kecintaanku pada Alloh SWT.

Lalu aku diajak mengikuti kegiatan berlabel kaderisasi. Yang  buntutnya, menanamkan pemikiran untuk melawan pemerintahan yang sah. Dengan dalih agama dan umat yang terdhalimi. 

Dan aku sempat terpengaruh. 

Karena mereka masuk dengan logis dan manis.

Tapi Alloh swt, menyelamatkanku. Sehingga aku tidak hanyut dalam paham disintegrasi dengan senjata agama.

Tiga puluh lima tahun kemudian, aku baru menyaksikan. Betapa yang mereka harapkan, sesungguhnya adalah pecah belahnya Negara Kesatuan RI.

Aku sangat bersyukur, tidak masuk dalam jurang pembodohan dan adu domba itu.

Kesimpulanku, radikalisme pasti tidak ada hubungannya dengan " good looking". Para anak muda " good looking" ini adalah Victim. Korban. Dari mereka yang berpikiran buruk, berniat buruk. Bad intentions. 

Apapun isi niat mereka. Radikalisme hanya salah satunya. Seperti halnya komunisme , yang menghalalkan segala cara. Untuk mencapai tujuannya. Juga srparatisme. 

Sebagai pribadi, aku prihatin dengan pensalahkaprahan,  justifikasi ' good looking' dengan paham ekstrem. Yang pastinya ini pemahaman ' gebyah uyah'.

Tapi kita mesti waspada, karena upaya disintegrasi bangsa ini, terus dilakukan. Oleh kelompok yang tidak menginginkan ketenangan dan ketentraman NKRI.

Melalui rekrutmet terhadap generasi muda yang " good looking".  Dengan memasuki berbagai isu dan cara. Bisa radikalisme, separatisme. Dan tentunya, komunisme. 

So Jangan takut jadi ' Good Looking'

Tapi waspada terhadap 'bad intentions' 

Yang tak pernah menyerah

Mengobrak abrik NKRI, dan tercatat pada sejarah panjang bangsa Indonesia.

Bad intentions itu adalah Niat Buruk. Yang ada  pada paham  separatisme, komunisme dan ekstrimisme. SARA. 

Tetap waspada.

Jangan judge akooh yang " good Looking yah " 

Villa Tidar ,sudaku sushi 06.09.2020.



0Comments

Previous Post Next Post