name='rating'/> Merdeka? Dimana? Kalau hati masih terjajah juga
78 tahun Indonesia sudah merdeka, 
negara mendukung anggaran pendidikan yg besar untuk menghasilkan generasi yang merdeka.
Merdeka dari kebodohan ilmu dan kemerosotan akhlak. 
Tapi saksikan, mereka tak lagi kritis, tak lagi rasional. Yang banyak liar dan brutal.
Hedonisme telah membelenggu disertai paham kebencian akan kebhinekaan. 
Lalu, merdeka itu, dimana? 

Tak ada perilaku yang lebih buruk dari komunisme dan PKI nya. Sejarah bangsa, berdarahdarah karena pengkhiatan dan adudomba di masa itu.
 Lalu sekarang akan dianggap biasabiasa saja? Hanya bagian sejarah kelam yang tak perlu dikuatirkan?
Merdeka logika rasional bangsa, ada dimana?
 
Ada faham yang lebih bahaya selain atheisme, yaitu polytheisme. Yaitu mereka yang katanya ‘bertuhan’’ tapi nyatanya menciptakan ‘’tuhan- tuhan’’ baru dalam dirinya alias bertuhan banyak. Tuhan tandingan itu berupa ketergantungan pada bangsa lain, elit pejabat yang sewenang – wenang, atau mereka yang menggantungkan hidupnya pada asing. 
Lalu bagaimana mungkin dikatakan merdeka jika hidup masih menuhankan makhluk? 

Beranikah kita menolak seperti India dan pakistan, yang lebih suka memakai produk Bajaj nya, atau malaysia dengan proton nya? Dan matimatian menolak aneka barang asing seperti vietnam dan korea? Lalu akhirnya sekarang mereka jadi raksasa tehnologi baru dunia?
Bagaimana dengan merdeka kita tapi masih tak mandiri juga ?

Jika merdeka itu  berarti kemandirian bangsa tak bergantung pada bangsa lain,  maka saat ini kita masih dalam kondisi ‘’keterjajahan’’.

Parahnya, penjajahan itu dilakukan oleh ‘’saudara’’ kita sendiri. Dan ‘’saudara’’ macam apa yang ‘’menjual’’ gunung emas – tembaga – uranium pada kapitalis Amerika seperti Freeport? Bersyukurlah kita sudah berupaya membeli kembali, dan semoga terus berlanjut lagi.

Tapi jika hari ini kita berteriak merdeka, tak malukah saat mana kondisi stabil begini kurs Rupiah masih  14.000 / dollar USA?
 Ini bukan masa kegentingan politik. 
Dan kita biasa saja. 

Merdeka.. Merdeka! Merdeka apanya? 
Kita lebih bangga makan KFC ketimbang Warteg!
Masjid2 masih pakai karpet impor dari Turki dan Saudi . Pesawat kepresidenan buatan Boeing milik USA padahal kita punya pabrik pesawat di Bandung
Bisakah bikin mobil listrik produksi sendiri,? Bisa
Tapi sampai sekarang pun tak jadijadi. 

Jadi bagian mana yang  diteriaki merdeka?
Dari celana dalam hingga Bra saja buatan China kok teriak merdeka, merdeka apanya? 
Kita ini sok – sokan teriak merdeka atau cuma ‘’merasa’’ merdeka?

Bangun pagi makan nasi berasnya impor dari Vietnam. Mandi pagi sabun buatan Unilever.  Berangkat kerja naik bus buatan Jerman. Guru ngaji anak kita sholatnya pakai sajadah buatan Kashmir – Pakistan.
Sampai anak anak yang jadi mahasiswa, yang menyebut dirinya aktivis kalau haus usai unjuk rasa minumnya Aqua Danone, padahal ada merk lain yang rasanya sama dan harga lebih murah.

Kemerdekaan tidak lahir dari formalitas atau kampanye ‘’sok merdeka’’. 
Kemerdekaan bukan diukur perginya tentara asing dari tanah pertiwi. 
Kemerdekaan tidak diukur dari meriahnya lomba  atau karnaval tujuh belasan. 
Kemerdekaan tidak berupa ‘’taatnya’’ upacara bendera yang dilaksanakan rapi dan disiplin
Itu merdeka yang semu!

Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah ketika seluruh pemimpin dan rakyat negeri ini , sadar bahwa selama cara pandang kita masih terjebak pada hedonisme materialisme
Itu pertanda kita belum merdeka. Dan mereka mau terus berjuang keluar dari lingkaran kapitalisme.
Bukan malah asyik didalamnya. 

Tak ada kata merdeka jika lebih bangga bekerja keras ,berkeringat darah menjadi anggota dewan  ketimbang memilih berkeringat tulus membantu nenek menyebrang jalan.
Tak ada merdeka ketika kita merasa bangga pakai Pantovel mengkilat dan berteriak ‘’inilah aku Pejabat Terhormat’’ atau ‘’inilah aku direkturblabla’ yang hebat ’ sedangkan dua  meter disampingnya ada gembel  mengemis, tak dihiraukan. 

Tak mungkin merdeka ketika  kaum agamawan dengan bangga  keluar dari tempat ibadah sembari berteriak ‘’inilah aku orang baik’’ padahal didepannya ada anak putus sekolah sibuk mengantongi botol plastik  sisa jemaah pengajian

Jika semua fakta itu ada di depan mata dan kita masih ‘’tenang – tenang’’ , maka jangan  teriak ‘’merdeka’’, kecuali aku dan kita adalah golongan  munafik.  

Tak usah jauhjauh. Aku sendiri sok berteriak Merdeka. Padahal hati jiwaku masih terbelenggu.
Terjajah pasrah  oleh cintaku padamu, hai mantan pacarkuhhhh ...eaaa...MERDEKA!!!!🤣🤣🤣🤣

Jangan ciuzzz kaleeee lah..kita sudah merdeka di Indonesia, yuk bahagia sebagai bangsa Indonesia 😁🇮🇩🙏❤️



0Comments

Previous Post Next Post