name='rating'/> Renungku, Hamba Tak Bersyukur
Jika direnung renung
Apakah bisa aku bisa dengan mudah menemui, menjumpai, menghadap, penguasa tertinggi negeri ini?
Presiden misalnya, atau setidaknya petinggi tertinggi propinsi gubernur, atau walikota, camat, lurah bahkan RT RW sekalipun.

kapan saja aku atau kita mau?

Kalau pun bisa, paling setahun sekali, pada saat diadakan acara ' open house". Sekedar berjabat tangan, atau berselfie jika beruntung

Kalau pun bisa, harus melalui pencatatan agenda audensi yang diatur oleh ajudan atau Spri, berminggu bahkan berbulan sebelumnya.

Kalaupun bisa, biasanya kita minta tolong sobat, sohib atau keluarga dekat dengannya. Minta dispensasi untuk bisa bertemu.

Yang semua ujungnya karena aku butuh sesuatu, perlu sesuatu, ingin terpenuhi atas sesuatu. 

Lalu apa perlakuanku
Pada Penguasanya para petinggi 
Yang Mahatinggi, Penguasa Maha Segala 
Yang mengadakan 'open house' sehari lima kali.

Bahkan tidak hanya lima kali sehari.

Malah bebas , kapan saja kita mau, dimana saja kita bisa, tanpa lewat makelar dan ajudan atau Spri.

Cukup dengan menunjukkan cinta pada kekasihNya Baginda Rasullolah SAW
Pun cukup melalui bacaan Sholawat 
Sang Penguasa Maha Segala selalu membuka Pintu ArsyNya untukku si' tukang peminta'

Dan pasti mengabulkannya.

Lalu setelah itu aku berlaku apa? 
Aku , si 'Superpeminta' saat butuh, dan 'Superpelupa' ketika butuhnya telah sudah ' penuh'.
Hanya akan ingat , sulit dan derita hidup.
Lupa pada semua rizki, anugerah dan berkah yang terlimpah, tak berbatas. 

Kesempatan itu pun ,aku abaikan, sering justru aku yang meninggalkannya. Tak peduli, seolah tak merasa perlu. 
Apalagi segala mauku , sudah ' ada' dan ' berada'. 

Sungguh ini kemurahan yang luar biasa bagi hamba sekecil ku dan kita semua ini? 
Sungguh ini yang terlupakan, saat Miraj , Kanjeng Rasul memohon keringanan untuk umatnya. Tentang Sholat.
Dan menjaminkan dirinya, agar umatnya terbebas dari panasnya neraka jahanam?

Aku pun merenung
Tengah malam atau dini hari sekali pun, 
Ia menerimaku dalam sujud yang penuh minta.

Malah Ia menawarkan
 "Adakah yang punya hajat? Adakah yang memohon ampun? Adakah yang ingin meminta sesuatu?"

Lalu bagaimana aku yang tak tau bersyukur ini menyikapi KemahamurahanNya itu?

Apakah aku penuh semangat menghadapNya sebagaimana misalnya bila aku ingin diterima pejabat atau petinggi negara?
Dan ingin dikabulkan keinginannya ' pada sesuatu ' ? Atau ' menjadi sesuatu?'. 

Sungguh aku merenung dqn tersadar
Bahwa aku sungguh tak pandai bersyukur.
Dalam mohon ampunku padaMu
Aku tersungkur.

Masjid Al Hikmah 10 Maret 2021

Muhasabah diri dokterGeJe

Maturnuwun Mbah Romo Guru Yai Mustofa Bisri 
Maturnuwun Romonda Pakung Bèning Ludfie


1Comments

  1. Tuhan lah Maha Pengampun, Maha Pemurah, Maha segalanya, dengan hanya kita mau, bersyukur, mau bersyukur jg bertafoqur, sebaik-baiknya Kasih Nya, yg mau menerima kita HambaNYA utk kita bisa meminta, memohon serta berkomunikasi dengan sang Pencipta semesta.. Sungguh sia-sialah hidup kita manusia, jika kita tidak mau percaya, tidak mau menerima taubat dan tidak mau berkomunikasi dgn baik kepada Penciptanya..🙏🏻

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post