name='rating'/> Tanpa judul : Umur
Tidak ada yang tahu, untuk apa kita dihidupkan. Dan pada saat bagaimana kita akan dimatikan.
Rentang perjalanan usia adalah hak prerogratif Tuhan.

Umur adalah sepenuhnya  rahasia Tuhan. 
Dia Sang Maha Penentu,  kapan seseorang pertama kalinya menghirup nafas yang terasa segar.
Dan kapan dia harus menghembuskan nafas penghabisan. Bisa dengan rileks, atau tersengal sengal. 😢

Apakah saat tertidur atau sedang  bekerja,
Saat bermaksiat atau saat shalat taubat
Saat berbuat jahat atau sedang berjihad.
Semua itu rahasia Tuhan.

Tuhan Maha Penentu Takdir, kapan waktu takdir akhir hidup seseorang diberlakukan.

Tuhanlah Maha Penentu nasib seseorang. Kaya raya,  miskin papa, cantik jelita , tampan rupawan dan takdir manusia.

Lalu siapa tau akan takdir kita? Tak ada yang tahu kecuali Tuhan. Alloh Subhanahuwata'ala.

Andai manusia mengetahui takdirnya, tahu nasibnya, tentu tak ada ikhtiar, tak ada usaha dan tak ada kompetisi.

Andai manusia mampu meramal rizkinya, berapa jumlah yang akan dia dapat , berapa isi dompet yang akan terisi hari ini atau esok dan masa depan . Maka tak ada yang namanya usaha, upaya ,ikhtiar dan kerja. 

Itulah rahasia Tuhan. Disanalah terdapat  keagungan Tuhan.

Dan untuk itu,  mengapa manusia diberi akal dan pikiran.
Suatu anugerah yang tiada ternilai . Yang hanya diberikan kepada makhluk-Nya yang bernama manusia. 

Namun justru sering diabaikan, disia siakan . Yang lebih berbahaya lagi, sering disalah gunakan. 

Akal dan pikiran tanpa iman, hanya dipakai untuk mengakali, akal akalan . Dan akhirnya sesat dan menyesatkan
Sedangkan iman tanpa diikuti dengan akal berikhtiar. Hanya akan banyak stagnan: diam di tenpat. Hanya akan begitu begitu saja. 
Tak kan merubah apapun juga. 

Memang umur dan nasib, ibarat dua buah sisi mata uang. Yang hanya diketahui , hasilnya setelah kejadian. 

Ibarat mata uang logam yang bila dilempar tak tetebak, sebelum menyentuh tanah..

Jika umur jika  digambar ibarat seperti kurva lengkung. Ada masa pertumbuhan, ada kalanya masa keemasan, diakhiri dengan masa penurunan. 

Jikalau boleh memilih, orang pasti akan memilih untuk selalu berada pada  pertumbuhan dan keemasan. 
Dia akan berusaha untuk menghindari interval penurunan.

Tapi dimana pun berada, interval itu pasti ditemui. Suka tidak suka, mau tidak mau. Harus menerima takdir. 

Banyak yang bilang, usia limapuluh tahun merupakan umur menapak keemasan. 
Di dunia kedokteran, banyak yang sudah menyandang doktor, Ph.D bahkan Profesor. Dengan seabrek limpahan kemudahan rizki dan kesempatan untuk berbagi. 
Namun  tidak semuanya demikian. Ada juga yang hidupnya biasa biasa saja. Menjadi Dokter umum biasa, mengabdi di daerah pelosok, terpencil, anak anaknya pun bersekolah di daerah yang sama. Tapi di ponpes , tidak mau jadi dokter, melainkan jadi Hafidz dan Hafidzhoh. Ini era kermasan juga, sesungguhnya.

Istilahnya, ilmu manajemen mengatakan usia limapulahan adalah puncak karir. Dalam berbagai bidang kehidupan.

Namun harus waspada.
Umur tersebut menyimpan bara yang sewaktu-waktu bisa meledak. 
Bara apa itu? Idealisme. 

Usia 20 hingga 30 tahun, idealisme adalah kosa kata rangking pertama setiap berfikir dan bertindak. Karena dunia impian di kurun waktu ini sedang membuncah, Membumbung tinggi. Kekuatan fisik, juga dalam kondisi puncak.
Gabungan kekuatan yang dahsyat, yang mesti dimiliki oleh setiap orang.

Memasuki usia  30 - 45 tahun, adalah masa kerja dan karya. Cita-cita yang terangkum dalam impian, dan didorong oleh energi kekuatan fisik.
Inilah saatnya untuk memanfaatkan dan menyatukannya dalam kehidupan. 

Ada yang terpeleset, terjatuh dan terperosok.
Ada yang tegak, gagah, berjalan teguh istiqomah. 

Dalam dunia kemiliteran, masa ini  justru adalah masa dipersimpangan. Disatu sisi, dia punya kekuatan riil di lapangan. Sebuah power yang dahsyat, yang bahkan mungkin bisa meminggirkan siapa saja yang mencoba menghalangi jalan. 
Disisi lain, dia dituntut setia, loyal, taat pada atasan, bagaimanapun ketidaksetujuan dirinya pada sang pimpinan. Sungguh inilah persimpangan yang berat untuk dilewati.

Dalam dunia sipil, dia juga punya kekuatan riil di lapangan. Dia bisa  melibas siapa saja dengan memanfaatkan koneksitas, networking,  kekerabatan yang bisa di provokasi olehnya.

Usia limapuluh tahun adalah waktu yang amat genting dalam jenjang karir. Ketersediaan kursi terbatas, sementara telah bermunculan calon yang siap untuk mengganti tampuk kekuasaan. Tahta mesti digenggam. Singgasana harus diduduki. Itulah kira-kira alam pikiran manusia kebanyakan. Manusia yang haus kuasa. 

Orang yang dapat menggenggam idealisme dengan konsisten dan memodifikasi dengan situasi.  Dialah yang  mampu melihat singgasana lain, yang tidak dilihat oleh orang lain. 
Bahwa  masih banyak tahta bertebaran lainnya. Sehingga , tidak ada yang perlu direbut dan diributkan.

Sementara orang lain saling sikut, saling injak, berebut yang itu itu saja,  ia dengan leluasa justru melenggang  menapaki tangga lain.  Sendirian. Karena memilih keluar dari cangkang bernama zone nyaman. 
Dengan pemikiran yang out of the box. 

Manusia tipe ini mampu menjaga jarak yang terukur dengan semua orang. Dia akan berbaur dengan semua kelompok, golongan, suku, ras tanpa sekat pemisah. Ekslusifitas adalah ketabuan, inklusif adalah keharusan.

Karena hati yang tulus , menghapus kepentingan dengan kelompok tertentu. 
Tidak ada hasrat sedikitpun untuk menggapai tujuan dengan memanfaatkan golongan tertentu. Idealisme senantiasa  dipelihara dengan penuh kesyukuran.

Usia limapuluhan adalah pilihan membijaksanai diri dengan melihat bahwa berkah hanya didapat dengan keikhlasan menerima perbedaan. 
Bahwa tak ada yang bisa menghentikan waktu, usia dan masa. Kecuali DIA Sang Maha Kuasa.

Dan kita bukanlah apa apa . 
Karena hanya seonggok jiwa yang harus bersedia menerima hisabnya.

Sungguh puncak karier tertinggi adalah Taubatan Nasuha 

BG 11.01.2021.

#muhasabahdiridokterblangkonputih
IG: #hisnindarsyah_dr
Blog: www.hisnindarsyahdokter.com



0Comments

Previous Post Next Post