name='rating'/> Langkah Iman
Hisnindarsyah dokterGeJe

Hati cemas dan galau. Saat duduk menunggu di lobby. Tepatnya di cafe, salah satu RS Bedah Tumor terbaik di Surabaya.

Aku menunggu operasi ibundaku. Yang diagnosisnya, Tumor ganas di ketiak sebelah kanan. Bersumber dari payudara kanan. Ca mammae stadium 3, istilah medisnya. Ada 1 nodul kurang dari 5 cm di payudara kanan. Namun ada banyak benjolan di ketiak kanan. Keras dan nyeri. 

Aku yang berprofesi dokter, dan pernah bertahun tahun belajar ilmu bedah. Paham, tentang tindakan yang akan dilakukan.
Radikal mastektomy , nama tindakannya. Tidak akan kujelaskan, apa itu. Karena membayangkannya pun, sudah membuat aku sedih dan cemas. Apalagi, sebelum ini, sudah 6 x ibunda menjalankan kemoterapi.
Aku sangat paham tentang resiko operasi ini. Apalagi di tengah pandemi Covid19. Wajar jika aku cemas dan khawatir. 

Tujuh puluh tahun usia ibundaku. Dengan co morbid yang bermacam macam. Tapi sungguh, beliau tidak pernah menampakkan rasa sakitnya. Selalu penuh semangat dan paling sibuk menyemangati orang lain. 

Seorang ibu yang tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Tapi selalu menyibukkan dirinya , dengan berpikir, berdoa, dan berbuat. Bagi orang lain. Termasuk diriku dan adikku Wasti Reviandani

Saat beliau didiagnosis Cancer, beliau teguh pada prinsip, tidak mau merepotkan orang lain. Apalagi anak anaknya. Karena beliau tahu , kondisi pandemi ini, sangat berat. 
Berpengaruh pada semua lini kehidupan. Sosial dan ekonomi.
Keputusan beliaulah , untuk dirawat di RS swasta. Aku dan adekku , hanya bisa mendukung semampu yang kami bisa. 
Itupun dengan segala keterbatasannya.

Aku terpekur. Tafakur. Dan terus berdoa.

Tiba tiba, ada yang menyapaku. " Pak, sedang mau berobat ya?, bagaimana kalau sambil menunggu, mencoba kue kering saya. Murah hanya duabelas ribu lima ratus. Kalau kemasannya lebih bagus lima belas ribu".

Aku terkejut dan terperangah. Tidak percaya dengan penglihatanku. 
Di Rumah Sakit " premium" seperti ini, yang masuknya pun dibatasi dan sangat ketat. 
Karena terstandard protokol kesehatan Covid19. Membatasi pengunjung. Bahkan membatasi pasien. Juga membatasi tindakan operasi. Dan berbiaya tidak murah. Karena tidak ada BPJS digunakan disini. 

Tiba tiba ada yang berjualan kue kering? Asongan? Bagaimana mungkin?

Ternyata aku salah duga.

Namanya Laniwati. Disapa Bu Lany. Usianya hampir 60 tahun. 06 maret 1967 lahirnya. Dari orangtua bermarga Liem, suku Sian You. Dan Ibu dari Hokkia. Dididik dalam keluarga katolik taat. Dibesarkan dan menamatkan sekolah di Banyuwangi. Memiliki dua orang anak, putri semua. Semua bersekolah di sekolah swasta. Dan tinggal di daerah darmahusada indah. Salah satu kawasan elit di Surabaya. 

Otomatis aku bertanya, 
"Ibu memang sengaja berjualan kue? ". 

Dan dia menjawab, " Tidak pak, saya pasien di rumah sakit ini. Saya sedang mengantarkan anak perempuan saya yang punya masalah di telinga. Kontrol dokter".

Rupanya, beliau adalah pasien yang kontrol rutin. Tidak main main penyakitnya. Fraktur lumbal 1. Tulang ekornya remuk. Karena jatuh diselokan yang tertutup asbes. Sekitar setahun yang lalu. Operasi besar pun dilakukan. Resiko kegagalan sangat tinggi. Potensi kelumpuhan sangat besar. 
Namun karena berkat Tuhan, Bu Lany bisa selamat. Meskipun jika berjalan , agak kurang seimbang. Dan jari kaki kanan, posisi tertekuk kedalam. Sulit untuk menapak dengan seimbang.

Dan ini tentunya menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Ratusan juta rupiah. Bahkan kejadiannya pun, sempat masuk ke media. 

" Saya tidak mau menyusahkan orang lain pak. Selama saya mampu, kuat dan bisa. Saya akan bekerja. Walau saya sakit fisik. Tapi hati dan jiwa saya , tidak sakit.

Hidup kita berat , bukan karena kita sakit fisik pak.

Tapi karena hati dan jiwa kita yang sakit.
Karena "enggan" dan tidak mau bersyukur.
Tersibukkan oleh gengsi dan gaya hidup , yang tidak akan pernah selesai, jika diikuti.

Makanya, kemanapun saya pergi, saya selalu membawa jualan saya ini. Walau sedikit sedikit, tapi , rejeki ini terberkati Tuhan. Orang bilang sedikit sedikit yang penting halal".

Aku hanya termangu, mendengar apa yang disampaikan oleh Bu Lany.
Betapa sungguh aku ternyata masih jauh dari rasa syukur. Diliputi kuatir, cemas, galau. Padahal, jika kita semua sudah berikhtiar dengan cara yang benar. Maka insya Alloh, Hasilnya pun akan baik.

Aku membeli beberapa paket kuenya. Dia berterima kasih. Dan memanggilku dokter. Setelah tahu aku seorang dokter. Yang sedang menunggu ibundaku, melaksanakan operasi.

Dia berpesan " Dok, , jangan pernah mengeluh kepada Tuhan ya dok, karena sesungguhnya apa yang Tuhan berikan , mungkin itu yang terbaik bagi kita. Meskipun mungkin seringnya , kita menganggap sebaliknya.

Percayalah, selalu ada keajaiban Tuhan. 
Pada orang yang iman padaNya. 
Doa saya buat dokter sekeluarga dan ibunda dokter yang sedang operasi."

Dia pun berlalu, membawa keranjang kue keringnya, sambil dituntun anak perempuannya. Dengan langkah tertatih dan terbata. 
Namun langkah itu , langkah pejuang, yang tak kenal menyerah. Aku menyebutnya: LANGKAH IMAN.

Aku teringat ibundaku. 
Wanita tangguh, yang juga tak kenal menyerah. Penuh semangat dan tak pernah lepas pada keyakinan atas kebaikan Takdir Alloh.
Selalu menenangkan aku dan anak2nya . Meyakinkan kami, bahwa keimanan pada Alloh, akan jadi benteng keselamatan di dunia dan akhirat. 
Dan tegaskanlah selalu, dalam mengayunkan langkah. Di jalan kebaikan. Jalan kebenaran.
Itu yang disebut LANGKAH IMAN .

" Allahumma robbannaasi adzhibil ba’sa wasy fihu, wa antas syaafi, laa syifaa-a illa syfaauka, syifaan laa yughaadiru saqaama.
Artinya : Ya Allah, Rabb Manusia, hilangkanlah kesusahan dan berikanlah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain" 

Ya, Alloh berikan kesembuhan pada ibunda kami Hj. RA Soelistyowati Syahrawi 
Ibu Laniwati dan semua saudara saudariku yang sedang menderita sakit.
Aamiin Allohumma Aamiin

Terimakasih untuk adikku terkasih 
Wasti reviandani yang menemani mamah selama di RS dan keikhlasan suaminya Adinda Ir. H.Bambang Sulawan. 

Kota Pahlawan , 05.08.2020

Hisnindarsyah
#dokterGeJeberdoa
#SemangatdanberprasangkabaikpadaAlloh
#Langkahimanpenguatkeberhasilan





0Comments

Previous Post Next Post