name='rating'/> Cintaku Cinta Palsu: Cinta Pemarah Bukan Cinta Ramah
Alkisah seorang pengemis Yahudi buta tua , sangat begitu membenci Baginda Rasullulloh SAW. Tiada hari tanpa mencela beliau. Dan Baginda Rasulluloh SAW pastinya mengetahui  hal itu. Namun dengan istiqomahnya, setiap pagi, beliau mendatanginya. Membawakan makanan, bahkan menyuapinya. 

Apa yang dilakukan pengemis Yahudi buta itu? Berterimakasihkah? Ya,  dia berterimakasih dengan cara yang unik. Dia berterima kasih dengan memberi nasihat berupa pesan. Apa isi pesannya? agar tidak  mendekati dan berhati hati dengan orang yang  bernama Muhammad. 

Mengapa? Karena menurutnya, orang yang bernama Muhammad adalah pembohong. 

Lalu apalagi yang dilakukan Baginda Rasulluloh SAW?  Sambil tersenyum, beliau tetap menyuapinya. Menyelesaikan jariahnya hingga suapan terakhir. Baru melanjutkan perjalanannya  bermuamalah , dakwah dan beribadah. Dan beliau lakukan terus penuh keistiqomahan, hingga sang Kekasih Alloh SWT, diwafatkan.

Suatu hari, setelah wafatnya sang kekasih Alloh SWT, sahabat Abu bakar RA menanyakan ke putrinya  Siti Aisyah yang juga istri Rasulluloh SAW.  tentang apa kebiasaannya Baginda Rasulluloh  yang belum dikerjakan olehnya? Sunnah apa yang belum dilakukannya?

Diceritakanlah tentang pengemis Yahudi buta yang selalu disuapi oleh Baginda Rasullulloh SAW saat beliau hidup. 

Lalu Sahabat Abu Bakar pun , melakukan hal yang sama. Ternyata pengemis Yahudi buta itu , mengetahui bahwa yang menyuapinya, bukanlah orang yang biasanya.

Maka mengakulah Sahabat Abu Bakar RA, bahwa yang biasa menyuapi diri si pengemis buta itu, adalah Rasululoh SAW yang telah wafat saat ini.

Lalu si pengemis Yahudi buta itu pun berkata "selama ini aku selalu menghinanya, menfitnahnya, mencaci makinya. Tapi dia tidak sedikit pun marah. Malah terus memberiku makan dan menyuapiku setiap hari. Sungguh mulai hari ini, aku bersyahadat dan mengikhlaskan diri menjadi muslim".

Dikisah yang lain, setiap kali Rasululloh SAW melintas di depan rumah seorang wanita tua,  selalu diludahi. Selalu begitu, setiap hari. Tapi Rasululloh SAW, tidak menghiraukannya.

Suatu hari Rasulluloh  SAW melewati rumah wanita tua itu, beliau tidak bertemu dengannya. Karena penasaran, beliau pun bertanya kepada seseorang tentang wanita tua itu. 

Ternyata wanita tua yang biasa meludahinya itu  jatuh sakit. Bukannya bergembira, justru beliau memutuskan untuk menjenguknya.

Ketika wanita tua itu sadar bahwa manusia yang menjenguknya adalah orang yang selalu diludahinya setiap kali melewati depan rumahnya, ia pun menangis.

Dengan menitikkan air mata haru dan bahagia, wanita tua itu lantas bertanya, "Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?" 

Rasululloh SAW pun  menjawab, "Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukannya."

Wanita tua itu pun menangis dalam hati. Dadanya sesak, tenggorokannya terasa tersekat. Lalu, dengan penuh kesadaran, ia berkata, "Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu." Lantas wanita tua itu mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Bisa sesabar  itukah wahai diriku? Sungguh malu aku , membaca kisah dan riwayat Baginda Rasulluloh SAW , yang keteladanannya, bahkan seujung kotoran kuku pun tak bisa kuikuti. 

Dalam cerita yang lain, suatu hari Rasulullah SAW sedang berjalan. Lalu, tiba tiba rombongan jenazah lewat di hadapan beliau. Rasululloh SAW pun berdiri untuk menghormati sang jenazah.

"Itu jenazah orang Yahudi," tiba-tiba sahabat beliau memberi tahu dengan nada sedikit protes.

"Bukankah ia juga manusia?" Rasulullah pun menyahut.

Dialog singkat ini dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari. Dalam  konteks ketika suatu hari Sahal bin Hunaif dan Qais bin Sa'ad sedang duduk di daerah Qadisiyah.

Bukan tanpa alasan kenapa sahabat nabi sedikit protes saat melihat Rasulullah SAW berdiri menghormati sang jenazah. 
Ya, mengingat saat itu sebagian orang Yahudi memusuhi dakwah Rasulullah SAW. Para sahabat rupanya penasaran dengan alasan Rasulullah menghormati jenazah bukan beragama Islam.

Melihat rasa penasaran para sahabat, Rasulullah menjawabnya dengan pertanyaan bernada retoris.

"Bukankah dia manusia (nafs)?" jawab Rasulullah.

Dengan jawaban itu seakan Rasulullah SAW  ingin mengingatkan para sahabat bahwa setiap manusia layak mendapat penghormatan, meski memiliki latar belakang sosial, agama, suku yang berbeda. Bahkan saat orang tersebut sudah terbujur kaku.

Tidak perlu berpikir, apa yang sudah dia lakukan pada kita, tapi ingatlah bahwa kita perlu menghormati semua makhluk. Walaupun jasad makhluk itu, belum tentu sepaham, sepemikiran bahkan mungkin menentang kita, dengan sangat keras.

Wahai diriku, bisakah aku berlaku seperti itu? Keteladanan beliau,  Uswatun Hasanah dan kesabaran yang tiada tara, ditunjukkan oleh Baginda Rasululloh SAW.

Bagaimana dengan diriku? Aku hanya bisa merenungi sambil tafakur. Malu. 

Dan teladan  kesabaran seorang Rasulluloh SAW,  dibuktikan lagi di kota  Thaif. Kota yang  sejak lama menyembah berhala. Menjadi legenda tentang contoh kesabaran yang sangat luarbiasa. 

Di saat dua orang penyokong terbesar dakwah beliau:  Siti Khodijah sang istri , dan pamanda beliau Abu Tholib, wafat pada tahun ke sepuluh kenabian. Maka tekanan yang diterima Rasulloh SAW dsn kaum muslim Makkah , bertambah besar.  

Rasulluloh SAW  berpikiran untuk hijrah. Mungkin di negeri lain ada secercah harapan.  Masyarakat kota seberang akan menerima dakwahnya.

Lalu baginda Rasulluloh SAW  berjalan kaki, berhijrah menuju Thaif. Di kota itu, Rasul tinggal bersama Zaid bin Harisah selama 10 hari. Di sanalah muncul optimis memasyarakat setempat akan menerima dakwah Islam.

Nabi bertatap muka dengan pembesar Bani Tsaqif: Abdi Talel, Khubaib dan Mas'ud. Kepada mereka kekasih Allah SWT ini mengenalkan tauhid.

Apa yang terjadi? Begitu tragis. Utusan Allah ini justru menjadi target pelecehan, penghinaan, umpatan, yang diluapkan dengan kata-kata kotor. Bahkan Rasulluloh SAW dilempari kotoran dan batu hingga terluka. Dalam kondisi terserang, Zaid melindungi Rasul hingga mengakibatkan kepalanya terluka. Keduanya melarikan diri ke kebuh milik `Utbah bin Ra bi'ah.

Di sana mereka beristirahat dan mengobati luka. Ketika itu Rasulullah bermunajat kepada Allah SWT. Apakah agar diturunkan adzab pada bani Thaqif? Atau dihancurkannya kota Thaif? Oh, tidak. Justru beliau memohon pada Alloh SWT agar dirinya dikuatkan, dimampukan untuk menghadapi cobaan yang begitu berat.

Allah SWT menjawab doa sang nabi. Malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya. Jibril bertutur kepada sang Nabi,” Apakah engkau mau aku timpakan dua gunung kepada mereka (masyarakat Thaif)? Kalau itu kau inginkan maka akan aku lakukan.”

Namun apa jawaban Rasulluloh SAW
 "Jangan wahai Jibril", sambil mengusap darah dari wajahnya Baginda Rasulluloh SAW berdoa: Ya Allah ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.

Bahkan Baginda Rasululloh SAW  mengharapkan Allah SWT menciptakan generasi bertakwa yang lahir dari kota Thaif  (HR Bukhari nomor 3.231 dan Muslim nomor 1.795).

Sungguh,Baginda Rasullulloh SAW mengajarkan tentang Kearifan dan optimisme. Rasullulloh SAW sang Ulul Azmi , telah menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Sebagaimana  Allah SWT  berfirman" Bersabarlah, seperti para Ulul Azmi.(QS al-Ahqaf: 35).

Lalu bagaimana dengan diriku, bisakah aku mencontoh diri beliau? Mungkin aku bisa belajar bersabar, ketika aku dilecehkan, dihina, disakiti, dan difitnah.

Tapi manakala itu pelecehan itu terjadi pada orang orang yang aku hormati dan aku cintai seperti ibundaku, istriku , anakku atau saudara dan sahabatku. Tentu aku tidak akan bisa membiarkan.

Jujur saja, aku bukanlah pemuka agama,  kiyai, ulama dan ustadz. Aku hanya seorang faqir yang miskin ilmu dan dhoif penuh kebodohan. Yang tidak bisa menerima ketika orang yang kita cintai, dihinakan.

Walaupun mungkin, diriku ini lebih hina. Tapi , sebagai manusia biasa, takkan kubiarkan orang yang kucintai ,dilecehkan. 

Apalagi dilakukan  orang yang tidak jelas, pada sosok Baginda Rasulluloh SAW.

Karena ' menurutku' inilah cintaku. Yang bukan cinta palsu. Inilah cintaku asli versiku.  Semata kulakukan karena ingin mendapat ampunan, syafaat dan taubat.

Sebagaimana aku menyaksikan ketenangan Surga Al Barqi, yang dipenuhi oleh makam para pencinta Rasulluloh SAW.

Aku mengutuk para pembenci Rasululloh SAW.

Namun, aku tahu beliau pasti berkata 
"Bersabarlah, karena mereka belum mengetahui kebenaranku. Jika mereka terbuka hatinya dan mendapat hidayah Alloh SWT, pasti mereka tidak akan melakukan itu".

Bersabarlah? 
Ya Alloh, mampukah aku?
Kulayangkan kembali pandanganku ke pekuburan Al Barqi. Tempat para pecinta Rasululloh SAW, dengan cinta sejati.

Bisakah cintaku pada Rasulluloh SAW  seperti para syuhada Al Barqi?

Merpati beterbangan dengan riang, di atas patok batu nisan tak bernama.

Cintaku masih belum ada apa apanya.
Karena cintaku cinta pemarah, bukan cinta yang ramah.

Rindu Rasulluloh SAW, makkah madinah 
29.10.2020.

Dokterblangkonputih
Hisnindarsyah




0Comments

Previous Post Next Post