name='rating'/> Kisah Penggali Kubur Covid19 Yang Ikhlas (Dari Senin Barokah YBSI)
"Sebagian besar orang menganggap kematian masih jauh, jauh sekali. Namun ketahuilah saat hari itu tiba, maka sudah terlambat untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan hari ini". Demikian dikatakan oleh Mufti Ismail Menk seorang ulama terkenal dari Zimbabwe , yang sangat menentang segala aksi kekerasan dan terorisme. Serta mendukung aksi sosial memerangi kemiskinan akibatan perang saudara berlatar agama dan mahzab di Afrika.
 
Kalimat sederhana tapi memberi makna yang kuat inilah, yang membuat relawan YBSI termotivasi untuk berikhtibar. Belajar hikmah. Tentang kehidupan dan kematian. Sehingga Senin Barokah (12.10.2020) yang rutin dilakukan setiap minggu, dibuat berbeda dari biasanya.

Senin Barokah YBSI  12.10.2020,  dilaksanakan di TPU Keputih Surabaya. Ada sekitar 30 orang yang bertugas secara rutin di TPU Keputih, selain ada juga penggali makam tambahan, yang sewaktu waktu dipanggil. Jika tenaganya dibutuhkan.

Kondisi pandemi Covid19, membuat kesibukan petugas pemakaman meningkat tajam. Lepas dari percaya atau hanya sekedar hoax anggapan masyarakat terhadap Covid19, namun pemakaman yang dalam 6 bulan terakhir ini sudah overload. Sehingga tempat pemakaman Covid19 yang awalnya di Babat Jerawat, mulai bergeser 2 bulan terakhir ini di TPU keputih. Demikian penjelasan mas Slamet Maryono. 

Siapa Slamet Maryono? Dia adalah petugas pemakaman alias penggali kubur. Usianya 41 tahun. Baru dua bulan bertugas di TPU Keputih. Sebelumnya dia bertugas di Babat Jerawat. Sejak tahun 2006. Empat belas tahun sebagai penggali kubur. Bukan waktu yang singkat.

Mengapa dia menjadi penggali kubur dan petugas pemakaman?

"orangtua saya dulu penggali kubur juga, sehingga saya pun mungkin " ketularan" jadi penggali kubur. Orang tua saya cuma berpesan, bantu saja orang yang perlu dimakamkan. Gali lubang sebaik baiknya. Jadikan sebagai pengisi waktu yang bermanfaat agar tidak terputus amal dunia dan akhirat". 

Masya Alloh. 

Benar sekali apa yang dikatakan mas Slamet, begitu dia dipanggil.  Seorang penggali kubur yang masih muda. Tapi paham, untuk memanfaatkan waktu dengan membantu sesama, agar tak putus komunikasi antara dia dan Alloh SWT. 


Mas Slamet mengatakan sejak Maret 2020 di Babat Jerawat, dia telah menguburkan lebih kurang 1400  jenazah Covid-19 dengan prosedur Covid. Rata rata perhari ada 19 sampai 20 orang yang wafat dimakamkan dengan prosedur Covid.

" Kalau di TPU Keputih, sudah lebih mudah menggalinya, karena memakai alat berat. Tapi di babat Jerawat, masih dengan proses manual. Mencangkul dan menggali biasa secara tradisional . Jadi ya lumayan " Keju" alias sakit sakit di badan" katanya,  sambil tertawa. 

"Ini nyata pemakamannya Covid-19, mulai awal pandemi sampai sekarang, sekitar 1.400-1500-an lebih , yang dimakamkan , naik tajam dari tahun tahun sebelumnya ,"  kata  mas Slamet  dalam penjelasannya pada Tim YBSI. 

Mas Slamet  menceritakan, di awal-awal masa pandemi, dalam sehari dirinya bisa menguburkan 20-30  jenazah dan bekerja hingga 24 jam, "saat ini, sudah mulai berkurang. Sekitar 15-19 orang rata rata perhari".

"Apakah bapak tidak takut tertular? " tanya  Wendy, Tim medis YBSI yang mewawancarai Ismail

Slamet menyampaikan bahwa pasti  ada rasa was-was akan tertular Covid-19. Apalagi dia sudah berkeluarga. 

Namun, karena  ini  panggilan tugas dan ikutu nasehat orang tua, Slamet  tetap bertahan hingga saat ini."Dulu di awal awal pandemi di bulan Maret April,  kita menggali dengan baju biasa. Kotor dan tentunya beresiko menular. Tapi mau bagaimana lagi. Tetap kita kerjakan karena sudah tugas kita debagai petugas pemakaman.

Namun Alhamdulillah sekarang sudah mulai terpenuhi APD baik dari pemkot maupun LSM , yang memberikan perhatian pada oetugas pemakaman Covid19", jelas mas Slamet. 

Mas Slamet pun mengajak masyarakat untuk menghentikan penularan corona bersama-sama dengan mematuhi protokol kesehatan.

Hal itu, menurut Mas Slamet,  akan mengurangi jumlah korban meninggal dunia karena terinfeksi


"Kapan ini akan berakhir? Kami sebenarnya  sudah lelah dan  jenuh. Namun bagaimana lagi, ini sudah tugas," katanya.

Menurut mas Slamet, teman teman yang bertugas dengan sistim shift. 
"Pulang dua kali sehari sekali, hanya ganti baju lalu ke sini lagi," Jelasnya

Meski demikian, ia mengaku ikhlas melakukan hal itu demi misi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19.
 
"Kalau kita semua menolak untuk memakamkan, terus siapa yang mau memakamkan. Saya hanya berdoa minta perlindungan sama Allah selama bekerja. Ini semua demi kemanusiaan," ujarnya.

Mas slamet menjelaskan bahwa cara melindungi diri ada dua hal. Patuhi protokol kesehatan Covid 19 dan minum vitamin yang cukup. Serta berpasrah pada Alloh SWT. 

Terimakasih Mas Slamet dan para petugas penggali makam Covid 19 di manapun berada.  Yang telah tulus ikhlas membantu memakamkan pasien Covid19. Tidak usah berdebat tentang Covid nyata atau hoax. Atau konspirasi.

Contoh saja mereka. Yang tulus bekerja , walau penghasilan tak seimbang dengan resikonya semua karena amal jariah.

Mereka saja, petugas makam, penggali kubur , bersedia beramal.
Lalu aku? Atau mungkin, kita? 

Aku beristigfar dan bermuhasabah diri melalui Senin Barokah YBSI di TPU Keputih Surabaya bagi petugas  makam. 

"Menyia-nyiakan waktu itu jauh lebih berbahaya daripada kematian; karena menyia-nyiakan waktu itu akan memutuskan seseorang dari Allah dan hari akhirat, sementara kematian hanyalah memutuskan seseorang dari kehidupan dunia dan penghuniny". - Ibn al-Qayyim.

TPU KEPUTIH Surabaya 12.10.2020

Hisnindarsyah
Dokterblangkonputih








0Comments

Previous Post Next Post