name='rating'/> Cantriknya Santri di Hari Santri 2020
"Jiwa santri, tidak hanya di ponpes. Semua orang bisa memiliki jiwa santri. Selama dia menimba ilmu sepanjang hayatnya" 

Dalam suatu moment cangkruk' an wal udutan alias rokok an, aku selalu jadi episentrum GeJe, diantara para gus dan ning dari berbagai ponpes. 

Maksudnya episentrum GeJe adalah sentral ketidak jelasan posisi kesantrian.

Entah bagaimana pula asal usulnya, aku berhikmad dari satu ponpes ke ponpes lain , sejak 2008. Diawali  Ponpes sekitar Rawa Pening, Jawa Tengah. Ponpes bersuasananya sejuk, asri dan tenang.  Melakukan bakti sosial. Door to door . Dari pesantren ke pesantren. Modalnya cuma bonek. Sampai akhirnya Kena Prank " alusan" Romo Yai Mustofa Bisri ( Gus Mus) di ponpes Rodhotut Tholibin Rembang. 

Jika ditanya, ponpes ku dimana ? Selalu kujawab ponpes al Jalaniyah. Dimana itu? Di jalanan, di teras ponpes, aku berhikmah ,menimba pengalaman dari banyak Massyaikh Guru di Ponpes yang aku kunjungi . Melalui pogram yayasan istriku " Peduli Ponpes Jatim dan Jateng" . Bekerja sama dengan salah satu perusahaan besar, Namun berisi orang orang yg sederhana , ikhlas dan tawwadu.

Sehingga aku tidak pernah merasa sebagai santri.

Mengapa? 
Santri itu sebutan yang tidak sembarangan. Jangan gampang menyebut diri sebagai santri, apalagi Gus, Yai, Habib Syekh.

Karena Romo Yai Gus Mus pernah membuat 6 definisi santri.

"Santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan)," kata Gus Mus  melalui akun medsosnya di Hari Santri 3 tahun yang lalu.

Sedangkan aku? Hmmm. Pastinya, tidak ada kiyai yang mendidik santri bonek , yang imannya ' jungkat jungkit', tergantung dari " barang alusan" yang lewat. hehehe.
Kalaupun ada, pasti aku adalah salah satu produk santri afkiran, produk gagal. Yang dijualpun, diskonan. 

Beliau juga mengatakan , santri juga adalah kelompok yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada. 

Sedangkan aku ? Masih termasuk orang yang takut lapar dan cinta dunia. Hormatku pada orang tua masih rendah, penghargaan pada guru pun, kadang aku terlupa. 

 Ada lagi beliau bilang "Yang mencintai tanah airnya (tempat dia dilahirkan, menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan menghargai tradisi-budaya-nya.  Yang menghormati guru dan orang tua hingga tiada,"

Aku mencoba merenung, betapa sering aku lebih bangga melihat kehebatan negeri orang lain, bergaya narsis demi pencitraan di medsos. Bahwa aku sudah pernah ke negara antah berantah , dengan menceritakan kehebatan negara tersebut. Tapi melupakan kemampuan dan kedigjayaan anak anak negeri sendiri. Hubbun dunia, cinta dunia. Takut mati. Dan sering meremehkan budaya bangsa sendiri.itu aku. 

Ada lagi kriteria santri yang menurutku,sangat berat. 

 Gus Mus sampaikan , santri itu adalah  orang yang memiliki kasih sayang pada sesama manusia dan pandai bersyukur, menyayangi sesama hamba Allah; yang mencintai ilmu dan tidak pernah berhenti belajar (minal mahdi ilãl lahdi); Yang menganggap agama sebagai anugerah dan sebagai wasilah mendapat ridha dari Sang Maha Pencipta."

Sedangkan aku? Lebih sering mengeluh beban hidup yang berat. Sering menghujat , Ketidak adilan Tuhan. Merasa sudah kerja keras. Hasilnya , "ngene ngene wae." 
Berusaha benar dan jujur, malah didepak dan difitnah. Pengen tidak jujur dan ngawur, koq yo masih ada ' takut dosa'.

Wes angel angel tuturan buat diriku ini.

So, jadi wajarlah, walau aku ada dikalangan santri. Aku belum memenuhi kriteria santri itu srndiri.

Aku sedang berusaha dan belajar.
Untuk menjadi " santri".
Karena sadar atas kefakiran , kebodohan dan lemahnya pemahamanku tentang Alloh SWT dan Rasulluloh SAW.

Mohon ajari aku menjadi seorang " santri " yang sesungguhnya.

Bukan sekedar santri biasa.
Yang hanya bisa berdalil, tanpa dasar dan ilmu.

Saat ini, aku hanya seorang cantrik.
Pembantu. Juru Laden seperti mediang almarhum  yang  kuanggap salah satu Guru ku almarhum Gus Zaki. Alfatihah.

Juga mendiang almarhum adikku dr HM syamsurizal. Yang hari ini , namanya dijadikan nama klinik tanpa kasir alias gratis , NU Tanjung Pinang. Al fatihah.

Semoga para santri yang merayakan " Hari Santri Nasional 2020" ,akan menjadi poro massyaikh , guru ilmu takwa, amal dan tawaddu.

Dan aku cukup nggandol sendale poro santri.
Semoga mereka menjadi santri sejati yang menuntut ilmu dari kandungan , hingga ke liang lahat.

Aamiin

Cantrikblangkonputih
Jurumantri RMI NU Jatim 
Hisnindarsyah


Peletakan Batu pertama pembangunan graha Nu dan klinik tanpa kasir NU dr Syamsurizal, PC NU Tanjung Pinang





0Comments

Previous Post Next Post