name='rating'/> Tanjak, Blangkon Dan Heritage Sabang
" Dimana bumi dipijak, disitu pula, langit dijunjung". Itu Pameo  yang selalu aku pegang teguh. Karena pameo ini bermakna penghormatan dan kesetiaan. Terhadap tempat dimana kita bernaung dan ' mengemban amanah'. 

Kebetulan, dari dulu aku gemar akan sejarah dan budaya. Heritage bahasa kerennya. Saat di Sabang, aku bersama saudaraku albina rahman, bergiat di Sabang Heritage Society( SHS).  Sampai sampai , kita membuat warta khusus tentang Heritage Sabang. Berburu tempat bersejarah dan budaya Sabang. Hingga akhirnya, RSAL J.Lilipory Sabang menjadi salah satu kawasan heritage Sabang. Karena kaya dengan aneka cerita. Tentang RS Jiwa terbesar di jaman perang Aceh. Para mujahid yang anti Kaphe'kafir', yang divonis gila ,sehingga harus dirawat di RS Jiwa yang ada di Sabang. 

Pun demikian halnya, ketika aku bertugas di medan, makassar dan Ambon. Jiwa 'mbolang' terhadap kekayan budaya, seakan membuatku ' orgasme'. Hehehe.

Dan kali ini aku berada di Bumi Gurindam Dua Belas. Yang dikenal dengan adat budaya melayu yang sangat kental. Ketika undangan untuk mewakili Karumkit RSAL Midianto  kolonel dr Tan B Wijaya sampai di mejaku. Salah satunya , mataku tertuju psda costum atau tenue. Urusan performace, jika membawa nama institusi, aku akan totalitas. Meski kalai sehari hari, aku lebih suka sarungan plus kaos oblongan  hehhe.. 

Disitu tertulis memakai pakaian budaya melayu.

Nah, disinilah "clue'nya. Aku terbiasa berblangkon ria. Selama berada di bumi gurindam. Bukan karena ingin " mejeng" bergaya jawa. Tapi memang karena aku ingin menampilkan budaya dan identitas srbagai orang jawa , yang bisa menjadi bagian dari madyarakat Melayu. Bisa membumi dengan masyarakat Melayu. 

Menjadi bagian ini, bukan sekedar bertegur sapa saja.  Tapi memberi konstribusi manfaat dan kebaikan , pada saudara  kami di tanah Melayu. Karena telah memberi kesempatan pada kami, untuk singgah ,bekerja dan mengabdi. Demi NKRi. Dalam wadah kebhinekaan.

Aku sungguh bersyukur tinggal di bumi Melayu, yang madyarakatnya Agamis religius dan ramah.

Kembali pada undangan Ta'aruf  Musabaqoh Tilawatil Qur'an  Kepri yang diadakan di Gedung Negara Tanjung Pinang( 18/9/2020,). .Undangan yang kuterima dadakan, membuat naluri tempur pasukan gerak cepat pun bekerja.

Baju Teluk Belanga kusiapkan.  Saudaraku Hen dri M.Candra mencarikanku 'Tanjak'.  Kain ikat kepala eserta aksesorisnya. Bu nensy sahabatku yg terbiasa di kebudayaaan Melayu, aku ajak konsultasi jarak jauh. Agar dapat menggunaksn baju teluk belanga dan ikat kepala tanjak , dengan tepat.

Aku tidak mau saltum. Karena bagiku , kostum dalam forum resmi menujukkan marwah dari institusi yabg aku wakili. Ini bukan tentang pribafdku, tapi tentang jati diri institusiTNI yang sangat aku cintai dan banggakan. 

Sebagai mana rasa respek dan hormatku pada budaya Melayu. Aku tidak boleh salah. 

Namun, hikmahnya. Aku jadi belajar singkat tentang kain tanjak dan baju teluk belanga. Yang pembuatan dan memakainya tidak bisa sembarangan. Ada aturannya. Namun sayangnya, ada yang sudah mulai tidak mendulikannya.

Tanjak yaitu kain  ikat kepala , itu barat kaum pria Jawa memakai blangkon.  Sebagai simbol adat yang sudah sangat populer di Indonesia. Keberadaan 'Tanjak" di daratan Melayu telah menjadi salah satu ciri khas.Tentu saja dengan bentuk dan variasi yang sudah dimodifikasi.

Kenapa kaum pria Melayu memakai Tanjak? Sebenarnya, Tanjak dianggap lambang kewibawaan di kalangan masyarakat Melayu.

Semakin tinggi dan kompleks bentuknya, menunjukkan semakin tinggi pula status sosial sipemakainya.

Tanjak menunjukan strata. Semisal  masyarakat Melayu di lapisan kelas sosial lingkungan kerajaan atau. bangsawan tentu berbeda dengan lapisan masyarakat kelas bawah

Namanyapun beragam. 

Pada awalnya diberi  nama 'tebing runtuh', 'belalai gajah', 'pial ayam', 'elang menyongsong angin' dan lain sebagainya. Bahkan ada tanjak bernama 'Dendam Tak Sampai'. Entah mengapa disebut demikian. Tapi ada yang berkisah tanjak itu menunjukkan pengakuan  bahkan penyerahan diri : dimaknai sebagai marwah kekuasaan , pada yang diberi tanjak.  Oleh karena itu  diberikan pada sosok yang paling sangat dihormati. 

Wallahu alam bisshowwab. 

Jadi intinya, 

Penamaan  menyesuaikan bentuk tanjak yang dibuat.termasuk makna yang terkandung didalamnya.  Sayangnya saat ini, terjamahanya dianggap ikat kepala biasa saja. Sehingga , menjadi tugas bersama untuk meletakkan marwah topi tanjak sebagaimana fungsinya.Tanpa menghilangksn fungsi sebagai identitas masyarakat melayu pada umumnya. 
Tidak dilarang memakainya , bahkan harus. Hanya perlu paham, jenis ' tanjak' seperti apa yang bisa dipakai orang pada umunnya. Terutamsa wisatawan domestik dan manca negara. 

Baju Kurung Teluk Belanga adalah  pakaian adat pria Melayu.Baju Teluk Belanga juga dikenal sebagai Cekak Musang atau Baju Melayu di Malaysia. Pakaian adat ini biasanya memilik warna yang tidak terlalu mencolok, meskipun terkadang penggunaan warna-warna kuat seperti merah, hijau atau biru dipilih, namun tetap terlihat teduh. Untuk yang berwarna kuning, biasanya dari keturunan bangsawan. 

Awalnya Teluk Belanga maupun Kebaya Labuh merupakan identitas muslim Melayu, tetapi sekarang pemakai kedua pakaian tersebut tidak terbatas pada masyarakat melayu muslim saja.

Pemakaian baju melayu itu ada aturannya. contohnya  dalam hal penggunaan kain samping bagi laki-laki.Kain samping merupakan kain yang dililitkan pada bagian luar baju melayu pria.Penggunaan kain samping ini juga ada aturan tersendiri.
yang belum menikah, di atas lutut. Kalau sudah menikah, panjang sampai bawah lutut,l*

Kemudian pemakaian bajunya pun ada dua macam. Baju masuk di dalam kain atau dibiarkan di luar kain samping. Jika kain samping berada di luar baju, apabila atasannya menggunakan kerah model cekak musang. Tapi bila baju atasan memakai jenis teluk belanga, kain samping berada di bagian dalam baju.

"Jumlah butang (kancing) untuk cekak musang juga tak sembarang. Harus lima. Itu ada makna filosofisnya. Karena melayu ini identik dengan Islam, itu diartikan sebagai rukun islam yang lima," 

Poin lain yang harus diperhatikan pegawai pria saat mengenakan baju melayu, adalah penggunaan songkok atau peci. Jenis penutup kepala yang dipakai adalah peci berwarna hitam. Sedangkan untuk acara resmi bisa menggunakan tanjak.

TAARUF MTQ KEPRI 9.05.2029
Gedung negara bersama pak Ketua P: PC NU,
#bersama bapakJesram ketua PCNU TPI

Pakaian adat melayu


0Comments

Previous Post Next Post