name='rating'/> Lawan "Tidak Cerdas" Yang Tetap Cinta Dan Dibarokahi Gus Dur
Menjadi politikus itu tidak mudah. Bahkan sangat melelahkan. Itu kalimat yang mengawali pertemuan ' gayeng'  ala era pandemi Covid19 di Tanjung Pinang. Dari seorang politisi yang sudah lebih 17 tahun malang melintang sebagai anggota DPR. 

Sejak menjabat sebagai Wasekjen DPP PPP tahun 2003 - 2007, sudah empat kali jadi anggota DPR RI. Tahun 1997-1999, 2004-2009, 2009- 2014 hingga 2014 sampai 2019. Mewakili daerah Jawa Tengah. Dan selalu membidangi komisi VIII ( agama, pemberdayaan perempuan dan sosial).

Kiprahnya di MUI, tak diragukan lagi. Mulai dari Ketua Bidang Hukum dan Perundang undangan MUI. Hingga menjadi Wakil Ketua MUI  2009-2012  dan 2015-2020.  Mirip Gus Dur beliaupun juga aktif di Lembaga Sensor Film( LSF).

Beliau pun mengawali kariernya dari IPNU. Didaerah Jepara. Bahkan menjadi ketua IPNU selama dua periode. Sehingga tak diragukan lagi ke NU annya.

" Saya ini sudah 'tuwuk': kenyang bahkan lelah di bidang politik. Ingin mengabdi di bidang yang lain. Pengen jadi guru saja. Memintarkan orang, karena saya bukan orang yang terlalu cerdas. 

Tapi, saya ini ' manut' kiyai. Karena tradisi pondok mengharuskan saya 'Sami'na wa atho'na' pada kiyai. Setiap saya akan maju ikut pemilihan sebagai anggota wakil rakyat, saya selalu ' nyuwun dawuh dan pangestu' , mohon saran dan restu. Terutama dari Allohuyarham Mbah Yai Maimun Zubeir dan Gus Mus . Mbah Yai Maimun Zubeir bahkan sering turun sendiri, menemani saya , ketika saya berkampanye di Jawa Tengah", mengawali obrolan gayeng ,menunggu saat magrib di Tanjung Pinang. 

Sungguh, aku heran ketika beliau mengatakan bukan ' orang cerdas'. 

Jejak pendidikan beliau bukan sembarangan. Seorang Doktor. Kiyai Haji. S1 di universitas Ibnu Chaldun Jakarta. S2 magister ilmu pemerintahan universitas Satyagama. Program Doktor di UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta.

Beliau adalah salah satu kader muda NU yang kiprahnya, disertai latar belakang pendidikan yang tidak 'kaleng-kaleng'. Bukan tong kosong ,berbunyi nyaring. Tapi setiap kalimat yang disampaikan, selalu lugas, jelas, terstruktur, sistimatis. Jadi wajar jika beliau ingin menjadi guru. Seperti yang sempat dijalaninya sebagai Pembantu Dekan 2 di universitas Satyagama.

Jadi kalimat " tidak cerdas" itu justru menunjukkan tingkat 'kemakrifatan' beliau. Yang paham tentang arti cerdas yang sesungguhnya. 

Beliau merasa banyak PR yang harus diselesaikan. Apalagi saat ini bertugas sebagai Wakil Menteri Agama. Yang tugasnya sangat berat di era pandemi Covid19 ini. Karena beliau sangat konsent pada Pondok Pesantren. 

"Saya di kementriaan agama harus menangkal paham radikalisme. Yang sudah masuk ke ponpes secara terselubung. Yang kondisinya sangat memprihatinkan karena berpotensi memecah belah bangsa. Selain  itu, kondisi ponpes , dari sisi anggaran pendidikan, masih sangat minim. Hanya 500 milyar yang harus dibagi ke 20 ribuan ponpes. Padahal sejarah membuktikan, justru pondok pesantrenlah sebagai garda terdepan untuk menangkal penjajahan , termasuk paham  radikal dan diintegrasi bangsa. 

Selain itu, layanan travel dan umroh haji, harus juga jadi perhatian. Agat tidak ada lagi jamaah yang dijadikan sapi perahan. Dan yang terakhir tentang sertifikasi dai'. Yang sebetulnya mudah, dan dimudahkan. Namun karena semua profesi harus ada standar kompetensi, ya kita harus ikut. Saat ini semua,  harus berdasarkan standar kompetensi. Dokter, insinyur, ahli hukum dan profesi lainnya , juga  dibekali dgn standar kompentensi. Agar umat tidak menerima dakwah , secara serampangan.

Itulah mengapa, saya lebih senang jadi guru daripada jadi pejabat. Karena beban amanah yang sama sama berat. Tapi guru mencerdaskan , sedangkan saya masih harus dicerdaskan. Oleh karena itu, kami di kemenag butuh dukungan ,saran dan sinergitas dari semua kelompok dan golongan. Asal dalam frame NKRI. Termasuk dari NU, Banser, Anshor juga RMI NU.  Karena  dapat memberi masukan lebih ' membumi' dan aktual. 

Masya Alloh.
Tawaddu, rendah hati dan ikhlas. 
Tanpa dibuat buat. Apa adanya. 

Dan beliau itu adalah Dr. KH. Zainut Tauhid Saadi. Wakil Menteri Agama. 

Sempat saya bertanya: 
" Pak Wamen, apa kenangan bapak tentang Allohuyarham almarhum  Gus Dur? ".

Beliau menjawab" Gus Dur adalah Berkah bagi bangsa ini baik bagi kawan maupun lawan ."

" Loh, mengapa begitu, pak wamen?",tanyaku

"ketika masuk di PPP dan dicari siapa yang cocok , ada yang menyampaikan Zainut Tauhid saja. Kenapa dia ? Karena dia salah satu yang berani "melawan" Gus Dur. Hahahaha. Dan jadilah saya seperti sekarang. Itu tandanya Gus Dur  adalah berkah yang abadi bagi persatuan dan kemanusiaan NKRI".

Masya Alloh Tabarokalloh.
Terimakasih Pak WaMenag  yang super tawaddu dan rendah hati.
Insya Alloh, nilai nilai kemanusiaan Gus Dur dan tradisi ponpes akan kita jaga marwahnya dan kita teruskan.

Selamat jalan kembali  ke Jakarta.

Doa kami dan rasa syukur masyarakat Provinsi Kepri dan Warga Nahdhiyyin yang dikunjungi pak Wamen, akan selalu mengiringi.


Allohumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad

Bumi gurindam 12.
Dari arena pembukaan MTQ Kepukauan Riau Dayaran Gurindam 20 desember 2020


Hisnindarsyah- al faqir

Diskusi dengan Wamenag  Dr Zainut Tauhid Saadi





0Comments

Previous Post Next Post