name='rating'/> Ke Papua Dulu: Baru Koment (Nostalgia Antara Papua Dan PNG)

Akhir akhir ini banyak berseliweran.  Status dan koment  di medsos, online dan  berita. Mendadak banyak yang "sok tau" dan sok paham. Mendadak banyak yang "sok" cinta. Berlebay ria. Pada Bumi Cendrawasih. Papua.

Berita yang tersebar, jadi sulit dibedakan. Antara yang hoax dan fakta nyata. Tapi nampaknya, banyak berita tentang Papua yang tendensius dan jauh dari fakta. 

Awalnya, aku tidak mau berkomentar tentang Papua. Terutama tentang apa yang sedang berkembang saat ini. Karena aku sadar, masih sedikit pengetahuanku tentang Papua. 

Tapi membaca banyak tulisan tentang Papua medsos, akhir akhir ini. Baik yang memuja cenderung ber lebay ria atau yang kontraproduktif cenderung tendesius. 

Apalagi ketika mereka " ngoceh" tentang Papua. Tapi belum pernah kesana. 

Membuat aku akhirnya" turun tempat tidur". Membuat tulisan tentang Papua.

Papua , yang aku kenal pertama kali, justru bukan dari Papua Indonesia. Yang dulu bernama Irian Jaya. Tapi langsung ke Papua New Guinea. Disingkat  PNG , tahun 1999. Sekitar duapuluh tahun yang lalu. Dalam sebuah kunjungan  muhibah budaya dan ekonomi. Yang difasilitasi oleh Pemerintah pusat, Pemda Irian Jaya dan negara PNG.

Papua New Guniea( Disingkat PNG) adalah negara yang berbatasan langsung  dengan Papua Indonesia.  Sekaligus, sebagai negara yg didambakan sebagai contoh. Oleh sebagian kecil orang Papua. Untuk merdeka. 

Ada 3 bahasa di PNG: Inggris, Toksin, Motu. Dengan jumlah penduduk hampir 6 juta dan 860 suku. Sistem pemerintahan parlementer monarkhi absolut.  Dipimpin oleh seorang Perdana Menteri dan Gubernur Jenderal. Termasuk Negara Persemakmuran. Mengakui  Ratu Inggris Queen Elizabeth 2, sebagai negara protektoratnya. Artinya, operasional PNG tidak sepenuh dibawah kendali masyarakat Papua. Tapi dibawah kendali Gubernur Jendral, yang bertanggung jawab secara politik pada Inggris. 

Di PNG, sistem monarkhi absolut parlementer, menjadikan Ratu Elizabeth II sebagai penguasa berdaulat dan kepala negara Papua Nugini. Sejak 16 September 1975, Ratu Papua Nugini menjadi Gelarnya. Memegang kekuasaan domestik dan luarnegeri perwakilan negara PNG. Ratu merupakan satu-satunya anggota Keluarga Kerajaan dgn peran onstitusional. 

Namun sebagian besar tugas seremonial dan pemerintahan kerajaan di Papua Nugini diserahkan kepada perwakilan Ratu, yaitu Gubernur-Jenderal.

Tanggung jawab Gubernur-Jenderal, di bawah konstitusi Papua Nugini, meliputi membentuk dan membubarkan parlemen, mengadakan pemilihan, dan melantik pemerintahan. Termasuk menentukan PM.

Intinya, peranan Gubernur Jendral  sangat vital di PNG. Aku langsung teringat pada Gubernur Jendral Daendless,  Rafles, Van De Bosch dan Jan Pieter Zoen Coen. Mereka pernah berkuasa di Indonesia , pada saat itu, dengan kekejaman dan penderitaan yang dibuat pada wilayah yang dikuasainya. 

Terbayangkan..

Jika suatu negara masih memiliki Gubernur Jendral? Letak merdekanya dimana ya? 

Tapi justru  di PNG inilah ,  salah satu basis terkuat OPM. Organisasi Papua Merdeka.

Aku berkunjung langsung ke tiga kota: Port Moresby, Lae dan Medeng.  Di setiap kota, singgah selama satu minggu. Seluruhnya, duapuluhsatu hari , aku menjelajah PNG. Meski singkat, sudah cukup untuk mengenal PNG . Sebagai negara " harapan kosong" bagi orang Papua Indonesia yang ingin merdeka.

Tiga kota aku jelajahi. Kota yang terletak di pantai. Berhawa panas menyengat khas kota tropis pantai. 

Duapuluh tahun yang lalu, aku melihatnya sebagai kota yang kebersihannya sangat kurang. Banyak mace pace pedagang sirih pinang , di pinggir trotoar. Yang dengan santainya, membuang bekas kumur sirih pinang, dekat trotoar. Jalan jadi kotor. Penuh bekas kumuran sirih pinang. Bercak kuning tertempel dimana mana. Duapuluh tahun yang lalu. Di PNG. Entah sekarang ,bagaimana.

Aku melihat, orang Papua asli, berjualan di pasar pasar tradisional. Padat, kumuh, berdesakan.

Sedangkan kaum pedatang, berdagang di supermarket dan mall mall kecil, disana. Tanpa kepanasan. Dan aman, karena ketat penjagaan polisi dan kamra( keamanan rakyat).

Pedagang pendatang banyak dari Indonesia dan Australia juga Inggris.  Ada juga dari filipina, China dan India. 

Pendatang, sangat mudah mengakses masuk ke semua tempat. Tanpa pemeriksaan. Sedangkan orang Papua lokal, harus menunjukkan identitas dan lewat "security checking", jika  akan memasuki hotel atau tempat hiburan. Checking sangat ketat. Orang Papua lokal tidak mudah mengakses masuk. Polisi dengan mudah mengusirnya.  Dua puluh tahun yang lalu. Di PNG. Entah sekarang, bagaimana.

Ketika aku berkunjung ke kantor DPR di Port Moresby, aku melihat di beberapa bagian dinding, tampak lobang peluru. Rupanya, kantor DPR , sering jadi sasaran perang antar suku. Lebih 860 suku di PNG,  membuat potensi konflik sangat tinggi.

Di banyak tempat aku melihat, penjagaan sangat ketat. Polisi ada dimana mana. Dan sering aku mendengar bunyi sirine mobil polisi berbunyi. Pasti ada kerusuhan atau perang antar suku. 

Duapuluh tahun yang lalu.  Di PNG. Entah sekarang, bagaimana...

Lalu sekarang pada ribut dan ribet , tentang kerusuhan Papua?..hanya dari baca berita dan tidak pernah kesana? Itu mah Omdo cap lebay.

Papua yang aku tahu adalah Papua yang indah , akrab dan bersahabat. Dalam pergaulan, mereka sangat ramah. Terakhir aku kesana empat  tahun yang lalu. Saat Sail  Raja Ampat . Ternyata , Papua sudah sangat maju.

Hotel hotel sekelas bintang empat dan lima  semacam Swiss Bell dan Aston group sudah terbangun.

Resto siap saji ada dimana mana.

Transportasi tidak sulit. Jalan tol sudah terakses ke segala penjuru Bumi cenderawasih. Harga BBM pun satu harga.  

Makanan mudah dan wajar harganya. Tempat Makan Jawa, Sulawesi, Padang , ada dimana mana dan  terjangkau.

Jangan tanya tempat ibadah di Papua .  Mesjid di Papua sangat keren dan indah. Sama dengan Mesjid dan tempat ibadah agama lain , yg ada di Jawa.

Apalagi tempat wisata. Mau wisata gunung, lembah, bukit, pantai, laut. Semuanya Perfecto. Pantai Benzji nan indah , Danau Sentani, Pantai Hamadi, Pantai Dok 2 , bahkan ada Bukit Jokowi disana. Semua ada di Jayapura.

 Apalagi jika sudah sampai di Lembah Baliem dan Raja Ampat Nan Elok di Sorong. 

Kita akhirnya paham,mengapa Papua sebut sebagai bagian dari surga yang terlepas ke bumi. Itulah Bumi Papua.

Hampir sama , pemandangan pembangunan kulihat di Sorong, Manokwari, Biak, dan Fakfak. Aku salut dan bangga, pemerintah tidak sentralistik. Pembangunan boleh dibilang merata. Sehingga, aku tak yakin Papua akan lepas dari Merah Putih. Walaupun KKB OPM terus gencar memprovokasi dari negara sebelah. 

Jadi, wajar aku terperangah , jika melihat Papua rusuh seperti sekarang. Nyaris tidak percaya. Jika itu dilakukan oleh orang asli Papua, meminta merdeka atau otonomi yang diperluas. 

Wong mereka sudah asli merdeka. Sudah mendapatkan hak hak yang sama, dengan di wilayah yang lain di bumi Nusantara ini. Jika masih ada yang ingin merdeka, pasti dilakukan segelintir orang politik opportunis, berkedok HAM dan ketidakadilan.

Kalau bumi Papua jadi rebutan. Itu sih bukan berita baru. Sejak abad ke 16. Dipelopori Spanyol. Sampai saat ini. Mereka berusaha mencekram Bumi Papua. 

Namun sekarang, Papua adalah bagian dari NKRI. Jika upaya disintegrasi tetap terjadi, tentunya, karena ada pihak yang  hegemoni kekuasaan terancam. Karena  tidak ingin kekuasaan di bumi Papua,  tercabut. Setelah puluhan tahun menguasai sumber daya alam Papua. Siapa itu? No koment..hehehe

Itulah Papua New Guinea dan Papua Indonesia yang aku kenal. 

Itulah rasa Papua Indonesia original. 

Yang bersatu utuh dengan NKRI. 

Dan takkan mungkin berganti rasa referendum dan merdeka.

Karena Papua telah merdeka bersama Merah Putih Indonesia Raya.

Untuk Selamanya.

Jadi jangan " ngoceh" tentang Papua, jika belum kesana. Paham, khan? 

Merdeka 👍🏻👍🏻

Di atas kereta ArgoBromo 01 09 2019

#kerjajalanmakan



0Comments

Previous Post Next Post