name='rating'/> Hipoksia Tapi Happy? Covid Tapi Optimis ?: Caranya Terjawab Di webinar 1 YBSI


Bukan karena latah dan ikutan style 'new normal', maka Yayasan Bangun Sehat Indonesiaku (YBSI) ' tiba tiba' membuat Webinar dengan fasilitas Zoom meeting. Tapi ini adalah tentang komitmen. Tentang semangat mengedukasi dan mencerdaskan masyarakat awam di bidang kesehatan.Tentang niat tekad dan keistiqomahan untuk selalu memiliki " sence of crisis". Terhadap dinamika bangsa.

Sudah dua puluh tahun lebih , YBSI terus menerus,  menularkan  gairah untuk sehat. Melalui kerja , kerja dan kerja. Slogan yang sudah dikerjakan sejak dua puluh tahun lalu oleh relawan YBSI . Tanpa perlu promosi dan beriklan. Yang jelas, relawan YBSI yang berpikir untuk kerja dan kerja,  saat ini jumlahnya sudah ratusan orang dan tersebar diseluruh NKRI.

Sudah dua puluh tahun juga,  YBSI bekerja sesuai ritme nafas rakyat Indonesia. Kadang kita dihargai. Kadang kita pun, tiada dipeduli. Bahkan disalah pahami, mulai dari pencitraan hingga cari keuntungan. Naudzubillah min dzalik.

Namun banyak kenangan manis selama menyertain tumbuh kembang YBSI. Suatu saat,YBSI  pernah dihargai.  Menerima   penghargaan dari Menkes Nafsiah BenMboi tahun 2005, di pertemuan HIV AIDS di Yogyakarta. Kami berterimakasih.Juga Bersyukur. Tapi tanpa euforia yang berlebihan. Biasa saja. Karena yang kami kerjakan,  adalah  rutunitas saja. Tidak ada yang luar biasa.

Pernah juga dapat tali asih dari penduduk di sekitar wilayah bantul saat  gempa Yogya, juga di gempa Padang. Bentuknya kain motif parang kusumo khas Yogyakary. Yang katanya penggambaran ombak laut. Menunjukkan bahwa hidup penuh dinamika, tapi Tuhan Maha Segala, yang menjamin semuanya. Sedang di Gempa Padang, tim relawan sampai menyebrang ke Mentawai. Dan semua itu dipimpin langsung oleh Ketua YBSI Virly Mavitasari. Yang akrab dipanggil "mami"  oleh para relawan . Atau Maknyak oleh teman dekatnya. Maklum, kepremananya mengalahkan Maknya Si Doel anak Betawi. Jika keputusan yg sdh disepakati, diganggu gugat. Sampai sekarang juga sih hehehe. 

Kembali tentang webinar ini.  ide webinar ini muncul dari Ketua YBSI dan beberapa relawan senior YBSI. Sehingga pada hari Sabtu 5 September 2020, Webinar 1 YBSI berthema" Perkembangan terbaru Covid 19 dalam perspektif kejiwaan dan potensi reinfeksi" pun digelar. Dua nara sumber utama : Dr. Alfian Nur Rosyid Sp.P, pumonoligust yang juga staf pengajar di UNAIR. Dengan dr Hafid Algristian, Sp.KJ., psikiater,  konsultan YBSI yang juga dosen di Universitas Nahdlatul Ulama (05/09/2020) 

Karena ini merupakan uji coba webinar YBSI yang pertama, maka peserta dibatasi 100 orang saja. Namun yang nendaftar lebih dari 120 orang. Bahkan di hari H menjadi 150 orang.  Sehingga zoom meeting sering ' byarpet', bergantian dengan yang belum sempat masuk. Tapi intinya, webinar ini sangat seru. Karena waktu 3 jam, tidaklah terasa. Banyak pertanyaan berbobot. Dan juga banyak yang belum terjawab karena waktu yang terbatas.

Aku mencoba merangkum hal hal yang menarik. Pertama dari dr Alfian SpP, ahli paru tentang Happy Hipoxia. Dokter Alfian SpP meminta pasien Covid-19 mewaspadai gejala happy hypoxia. Apa gejala utamanya?  yaitu penurunan kadar oksigen dalam darah tanpa mengalami sesak. “Kalau sudah terjadi hypoxia dalam waktu yang cukup lama, pasien akan mengalami kesadaran menurun. Dan biasanya akan fatal akibatnya,"

Dr. Alfian menjelaskan, hypoxia merupakan kurangnya oksigen dalam darah. Normalnya, orang akan mengalami sesak napas ketika kekurangan oksigen. Namun anehnya  rasa sesak itu tidak dialami pada beberapa pasien Covid-19. Mengapa? Karens  sudah terjadi kerusakan syaraf yang mengantarkan sensor ke otak. “Sehingga otak tidak bisa mengenali kejadian kekurangan oksigen di darah,” menurut dr Alfian. Gejala happy hypoxia akan muncul jika pasien Covid-19 memiliki gejala berupa batuk terus menerus, demam, dan keluhan lemas. Yang khas adalah munculnya  warna bibir atau ujung jari.  

Hal ini menandakan saturasi oksigen sudah menurun.“jika sudah terdapat gejala itu, segera larikan ke rumah sakit. Jangan menunggu  kebiruan meluas, batuk bertambah, dan lemas.. Segera cek dengan pulse oksimetri. Kalau tidak punya, langsung ke rumah sakit,” kata dr alfia spP. Selain itu, ia menuturkan, satu-satunya obat untuk mengobati gejala happy hypoxia hanya dengan oksigen. Begitu kadar darah sangat rendah di kisaran 60-70 persen, pasien Covid-19 harus segera  diintubasi dan masuk ventilator.

Sedangkan dr Hafidz SpKJ,  menjelaskan bahwa ada 5 tahap respon psikobiologis terhadap pandemi. Respon tersebut adalah denial atau penyangkalan, anger atau marah, bargaining atau menimbang-nimbang, depression atau terpuruk dan yang terakhir adalah acceptance atau menerima / ikhlas. Dalam bentuk grafik, tahapan digambarkan denial hingga bargaining menurun, kemudian naik kembali hingga tahap akhir yakni tahap acceptance."Jadi dalam grafik tersebut ketika seseorang mulai menimbang-nimbang atau merasa kacau orang akan tertekan dan mulai bisa menerima kenyataan," ujarnya.

Ketika seseorang sudah bisa menerima kenyataan maka tahap akhir adalah ikhlas dengan mencari solusi dan mulai melakukan kebiasaan baru. Seperti yang terjadi saat ini."Menjalani atau mempercepat prosesnya. Perkiraan adaptasi terhadap bencana adalah 6 sampai 12 bulan, kita masih 7 bulan," tutur dokter Hafid.

Dalam upaya mempercepat tahapan agar kita tidak menyangkal pandemi adalah dengan memenuhi diri dengan informasi yang akurat atau tidak mempercayai hoaks dan konspirasi serta belajar komunikasi tanpa harus menularkan kecemasan. Mencari dukungan sekitar juga penting agar diri tidak merasa sendirian menghadapi pandemi. "Proaktif menjadi bagian dari solusi, meski berat mulai menolong atau berbagi dengan orang lain," ungkapnya.

Melakukan perbaikan fisik dan perbaikan perilaku juga penting dilakukan. Perbaikan fisik diantaranya posisi tengkurap, nafas dalam dan rileks, gerak semampunya, diet vitamin yang cukup tidak perlu over eating, kopi dosis rendah, teh dan susu boleh dan suhu nyaman. Perbaikan perilaku yakni untuk mendukung hormon bahagia, hormon tersebut diantaranya hormon gairah, hormon motivasi, hormon kepercayaan dan hormon survival.

"Hormon gairah atau hormon serotonin bisa ditingkatkan dengan melakukan hal-hal kecil yang tampak remeh dan receh seperti menonton video lucu, hormon motivasi atau Dopamin bisa ditingkatkan dengan mencari skill baru dalam rutinitas, hormon kepercayaan atau Oksitosin bisa ditingkatkan dengan cara berbuat baik kepada orang tak dikenal dan hormon survival atau Endorfin bisa ditingkatkan dengan olah raga low impact rutin," jelasnya.

Dokter Hafid pun memberikan tips dan trik dalam menghadapi pandemi yakni dengan memahami bahwa saat ini menuju New Normal, memahami peranan kita di rumah, adakalanya kita harus sendiri dan menjadi produktif, membuat program diet, tubuh harus tetap bergerak kurangi sosial media dan selalu berbagi rasa dengan sanak saudara.

Dalam webinar yang digelar YBSI tersebut dihadiri juga Kolonel Laut (Kesehatan), Dr. (Can), dr. Hisnindarsyah,SE., M.Kes., MH., CFEM. sebagai keynote speaker dan dr. Alfian Nur Rosyid, Sp.P., yang membahas dari sisi Happy Hipoksia dan Re-infeksi Covid-19, serta Ketua YBSI Hj Virly Mavitasari (*)




dr.Hafid Algristian SpKJ





16Comments

  1. Sangat bagus keren... Ilmu yg sangat bermanfaat dr... 👍👍👍

    ReplyDelete
  2. Wahh tulisannya bermanfaat sekali dok, mantap

    ReplyDelete
  3. Ditunggu webinar berikutnya tor

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip insya Alloh..jd narsum ya..perjuangan menghadapi covid. Agar memotivasi yg lsin , ttp terus bersemangat. Jazakallahu

      Delete
    2. Siap terima kasih , mari terus berjuang (admin)

      Delete
  4. Siapp mbak dora, ditunggu undangannya yaah

    ReplyDelete

Post a Comment

Previous Post Next Post