name='rating'/> Membaca Api Sejarah Atau Abu Sejarah? Pilihan Membaca Masa Depan

Hari ini, aku mencoba membaca sejarah.  Tentang tungku api yang membakar semangat bangsa Indonesia, lepas dari penjajahan bangsa asing. 

Tungku api  yang bernama Semangat Merdeka.

Yang nyalanya dijaga oleh sumpah setia pada gunung, sungai , laut dan lembah. Dalam untaian janji suci, pada petani, nelayan, peternak, pedagang, kaum muda, santri,  kiyai, pemuka agama. Segala  rupa rupa profesi. Dalam satu bumi: Nusantara. Dalam satu rahim:  ibu pertiwi.

Janji suci itu berupa kata : Merdeka atau Mati.

Hari ini aku membaca sejarah. Bukan dari abu yang tersisa. Tapi dari api yang menjilat jilat penuh semangat. Mengapa aku tak membaca abu  sejarah ? Karena ketika membaca sejarah dari abu, maka aku hanya mendapatkan sisa sisa serpihan masa lalu yang letih, lelah dan nelangsa. Abu yang sudah lebur, hanya menunggu waktu untuk hilang ditiup angin. Membaca sejarah dari abu, akan membuat benakku penuh dengan peristiwa masa lalu, tanpa tahu apa yang aku buat untuk saat ini dan  untuk masa depan. Pada abu sejarah, aku hanya bertemu luka,  duka dan derita.

Dan akhirnya, sejarah menjadi salah dipahami, makin sulit   dipahami  Dan berakhir  lebur tak berarti. Sejarah pun jadi debu yang lenyap ditiup angin.

Dan hari ini, kembali, aku membaca sejarah, dari apinya. Api sejarah yang berkobar kobar dalam semangat optimisme , semangat kemandirian, sekaligus semangat berbenah diri. Memperbaiki diri. Koreksi diri. 

Dengan api sejarah yang menyala,maka aku yakin , masa depan bangsa , akan bersinar gemilang. 

Setiap masa menghadirkan sejarah. Dan pada setiap sejarah, ada pahlawan. Lalu siapakah  pahlawan itu ?dan mengapa ada pahlawan?. Pahlawan adalah siapa siapa saja yang tidak ingin ibunya kecewa, sedih dan sia sia, karena telah melahirkannya. Bisa aku, kau atau kita. Selama dalam hati dan pikiran kita, tak rela ibu pertiwi kecewa, dan berjuang untuk itu, maka itulah yang disebut pahlawan. 

HOS Cokroaminoto, Soekarno, Mohammad Hatta, Soedirman dan Sutan Sjahrir adalah sebagian dari anak anak ibu pertiwi yang tidak ingin ibundanya kecewa. Jadi jika ingin menjadi pahlawan, jangan sia siakan ibunda yang melahirkan kita. Isi dan buktikan jika kita bisa menjaga amanahnya. 

Lalu mengapa masih ada  ketimpangan sosial di negeri ini? Itu semua  karena sebagian dari anak anak yang dilahirkan dari rahim ibu pertiwi, tidak paham sejarah bangsa ini. 

Mereka hanya mendapatkan sejarah dalam bentuk abu, bukan api. Sehingga gelora menjaga ibu pertiwi, menjaga kedaulatan, menjaga sumpah setia , menjaga janji suci untuk nusantara, tidak mereka miliki. 

Karena mereka hanya melihat sejarah sebagai abu. Sehingga merekapun lengah dan lalai atas tujuan apa, mereka terlahirkan. 

Ketidakpedulian pada sejarah,serba meremehkan sejarah , akan membuat kita bingung untuk membangun masa depan. Padahal  sejarah guru terbaik  untuk  hari ini dan hari esok.

Mengapa HOS Cokroaminoto mau berjuang? Kenapa Bung Karno rela dipenjara dan dibuang? Kenapa Pak Dirman dalam keadaan sakit, terus  bergerilya? Karena beliau beliau mempunyai hati yang bersih, tulus ikhlas dikobarkan oleh api  semangat sejarah.

Untuk itu, dihari aku membaca sejarah ini, aku mengingatkan aku dan pada siapapun yang mau peduli terhadap karang keras pemikiranku: belajar terus tentang sejarah bangsa ini. Belajar tentang sejarah bangsa bangsa lain di dunia. Resapi. Endapkan. Renungkan. Bakar dalam tungku tungku semangat kemerdekaan. Dalam tungku kemandirian. Dalam tungku keyakinan dan optimisme. Jadikan belulang dan urat nadi kita sebagai bahan bakarnya. Dan darah kita, sebagai kuah kebersamaan persatuan antar anak bangsa. Menggelegak dalam tekad memberikan yang terbaik untuk kepentingan bangsa, bukan kepentingan diri sendiri.

Sehingga, kita akan menjadi pahlawan. Pahlawan yang dirindukan ibu pertiwi . Karena cintanya, semangatnya, ketulusan dan keikhlasannya, setianya tak pernah hilang. Tak kunjung padam. Lillahi Ta'ala 

Setia sampai akhir.

NKRI harga mati.

MERDEKA

25.08.2019

#kerjaberbagijalanmakan



2Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post