name='rating'/> "TILIK BU TEJO" Trik Komunikasi

Hari ini aku mendapat tugas yang ora umum. Tidak biasa. Langsung dari MDT 1: Mas Karumkit Kol dr Tan B Wijaya. Untuk menjadi salah satu narasumber tentang tehnik komunikasi efektif. Dengan audiens, ibu-ibu Jalasenastri tempatku berdinas. RSAL Midianto Suratani Tanjung Pinang. Dalam rangka Hut Jalasenastri ke 73.

Tugas " ora umum", yang tidak biasa. Diberikan pada "orang biasa". Dengan audiens yang" luar biasa".  Mengapa? Karena aku harus berhadapan dengan audiens yang terdiri dari ibu ibu dan pns istri TNI AL. 

Yang kemampuan komunikasinya, sangat "super lancar".  Yang saking super lancarnya, sampai kalau sudah ngobrol, lupa berhenti. Kalo sudah rumpi, lupa kalau  lagi nanak nasi hahaha.

Maklum para moms milenial, pasti paling senang kalau kumpul kumpul sekalian  ngobrolin segala hal. 

Mulai dari hal yang "ngga" penting, seperti harga "brambang" dan lombok di  pasar. Sampai persoalan yang lagi trend seperti pandemi Covid19.  Termasuk filmnya Bu Tedjo yang lagi Viral: Tilik.

So, aku pun terjun ke gelanggang laga peperangan yang " luarbiasa". Dan supaya bisa mengimbangi audiens Ibu ibu RSAL MDT yang luar biasa. Kali ini, aku membawakan materi tehnik komunikasi " diluarkebiasaan" . Tehnik Komunikasi : Tilik.

Yah, sebetulnya hanya untuk membuat gampangnya saja.  Aku menggunakan film viral " Tilik" , untuk sarana mengedukasi peserta seminar, terutama ibu ibu. Tentang tehnik , strategi, prinsip dan tahap komunikasi yang efektif.

Dalam ilmu komunikasi, penyampaian ide dari pemberi pesan pada penerima pesan, hanya akan dapat diterima, jika terjadi interaksi pada kedua pihak dalam persepsi dan fruekensi yang sama. Jika "tidak" berada pada posisi yang sama, yang terjadi adalah miskomunikasi.

Bagaimana maksudnya menyamakan frekuensi persepsi itu? 

Dalam "Tilik", sosok Bu Tedjo, selalu mengatakan " Eh yu, tau ngga? Sudah dengar belum?. Atau kalimat :  Setuju toh?". Kalimat ini adalah kalimat pilihan untuk memulai mempengaruhi audiens, agar memberi atensi pada info yang akan disampaikan. Bahkan ketika persepsi itu sudah pada satu frekuensi , akan dipaksa melalui kata kuncian: setuju toh.

Penyamaan persepsi ini penting. Karena mengajak audiens untuk paham sekaligus membius untuk bersetuju. Terhadap ide yang disampaikan, tidaklah mudah. 

Dalam komunikasi ada 5 prinsip utama untuk membius lawan bicara. Yaitu Pasing, Leading, Sliding , Anchor dan Matching.

Yang dimasuk Pasing adalah "media antara" yang memposisikan "kita," pada posisi "mereka". 

Untuk memperkuat asumsi bahwa "Dian  sosok yang jadi trending topik", sebagai perempuan yang "tidak benar", Bu Tejo menyampaikan tentang keberadaan mereka sebagai perempuan yang pernah merasakan hamil.  Tentu tau ciri ciri wanita ngidam, yang bisa muntah tanpa isi. 

Ini argumen empati komunal untuk memperkuat argumen. Sehingga  menjadi alat memperkuat isu Dian " perempuan nakal".

Inilah yang dinamakan tehnik  Passing. 

Dalam marketing, jika kita menawarkan barang,  tanpa komunikasi yang membuat "Klik". Pasti terjadi rejection atau penolakan.

Solusinya, kita menggunakan metode pasing: yaitu  masuk ke ranah berpikir lawan bicara. Caranya, dengan menyampaikan hal-hal yang positip dari kondisi kantor. Seperti sekuriti yang ramah, lingkungan kantor yang asri, pelayanan yang profesional. Juga suguhan nikmat ,  saat menunggu di kantor.

Jangan segan memuji, jika tidak ingin direjeksi. Bu Tedjo, memuji bu lurah sebagai perempuan yang baik. Meskipun ketika sudah banyak orang yang sepakat " bu lurah orang baik".   Justru dia yang mengusulkan penggantian lurah hehehe.

Tujuan Passing adalah menciptakan engagment/ikatan antara si pemberi dengan penerima pesan. Setelah ikatan tercipta, maka mudah untuk Leading yaitu menyampaikan tujuan.

Dalam komunikasi, gestur pemberi pesan , sangat penting. Posisi  berdiri, tatapan mata, intonasi bicara. Bahkan gerakan tangan dan badan, sangat membantu memperkuat penyampaian pesan. Terutama dari sisi persepsi.

Ini yang dimaksud dengan Sliding dan Anchor.

Jika seseorang sedang marah, berintonasi tinggi. Maka kita pun harus menyamakan frekuensi.  Merespons dengan nada tinggi juga. Namun disertai dengan sentuhan misalnya dipundak. 

Lalu menurunkan sentuhan ke tangan, sembari merendahkan intonasi. Ini yg dimaksud Sliding. Setelah itu, kita upayakan untuk duduk dan berbicara bersama.  Setelah relatif tenang. Kita ikat dia, untuk mengikuti instruksi kota.

Ini yang dimaksud Anchor . Ibarat jangkar, si penerima pesan, kita ikat dengan jangkar, untuk menerima ide atau perintah kita.

Dalam "Tilik", ketika truk diberhentikan polisi, Bu tejo dan teman2 membombardir polisi beramai ramai. Hingga tidak sempat menjawab. Dia sedang membuat Pressing Argue. Jika komunikasi polisi, merendah, maka tampak frekuensi jadi " imnalance". 

Setelah tampak berhasil menekan,  maka Bu Tejo dan kawan2 , " nggeruduk"  pak polisi. Inilah yang terjadi , jika persepsi dan frekuensi tidak sama. Timbul miskom. Meskipun, memang sulit menghindari miskom jika menghadapi emak emak yang super ngenyel dan beringas. Macam Bu Tedjo dan teman temannya.

Sedangkan yang dimaksud Matching atau Mirroring adalah, menyamakan persepsi lewat gestur. Jika si penerima pesan duduk, maka jangan kita berdiri. Duduklah. Sejajar.

Jika si penerima pesan menangkupkan tangan diperut , lakukan hal yang sama. Suatu saat, pasti berganti.  Mereka yg akan ikut gestur komunikasi kita.

Lihat bu tedjo, saat membicarakan pencalonan lurah untuk dirinya. Tampak seolah olah, dia menolak. Sambil kedua tangannnya digoyangkan keatas sehingga gelang emas nya tampak. Dia berkata " kalau dicalonkan oleh yu A, yu B, ya aku ngga mungkin bisa nolak. Asal yu A dan yu B akan dapat bagian dariku, jika terpilih". 

Komunikasi gestur, dengan kalimat yang ambigu, ternyata memperkuat persepsi untuk mencapai tujuan penerima pesan: Bu tedjo siap menggantikan posisi Bu Lurah. 

Sebetulnya, kita sudah punya modal untuk melakukan komunikasi yang efektif. Hanya perlu sedikit trigger untuk mengarahkannya pada tujuan/target yang benar . Yaitu ukhuwah dan silaturahmi. Bukan ghibah, agitasi dan provokasi.

Senang bisa sedikit berbagi trik komunikasi efektif. Dan modal kita sudah ada. Yaitu Komunikasi " Tilik" : Pasing, Sliding, Anchor, Mirror dan Leading. Mantap Bu Tedjo 🤣🤣👍👍💪

Selamat Hut jalasenastri ke 73

SalamHormatbanggaMidiyanto

Poli THT MDT 25.08.2020

Hisnindarsyah

Foto bersama staf RSAL dr.Midianto


6Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post