name='rating'/> Ustad Jefri Al Buchori ( Alfatiha)

"Bang, saya ada di Bali dengan keluarga. Insya Alloh setelah ini saya isi pengajian di masjid pondok Indah biasanya. Mohon kalau luang, bisa hadir bang, mohon bimbingannya bang" 

Itu salah satu kalimat terakhir melalui pesan Black Berry ,  yang masih ku ingat dari seorang Ustadz Jefry Al Buchory( UJE). 

Tanggal 14 april 2013. 

Sehari sebelum kejadian kecelakaan lalu lintas, tiba tiba terkirim bbm ke seluruh kontak. Termasuk padaku. Isinya menyampaikan sudah tidak akan menggunakan no hp dan bbm itu. Sembari meminta maaf pada semuanya. Seperti isyaroh. Permohonan pamit. 

Memang biasanya, jika ke Jakarta , aku sempatkan ikut pengajian ahad pagi di masjid kubah biru pondok indah. Karena saat itu aku bertugas di kota ujung barat Indonesia. Aceh Sabang. Pasti,  beberapa kali  ke Jakarta untuk aktivitas kedinasan. 

Aku biasa memanggilnya adinda atau Uje saja. Persahabatan yang terjalin cukup lama. Namun, saat dia sudah mulai menekuni jalan dakwah.

"Bang, saya mohon sering sering diberi bimbingan dan petunjuk supaya jalan dakwah saya bisa benar. Karena dahulu saya ini banyak salah dan dosa, bang"

Demikian selalu kata diucapkan dengan kerendahan hati dan ketulusan. Setiap akhir perjumpaan atau pembicaraan by black berry. Di masa itu.

Sungguh, setiap kali beliau menyampaikan kata penutup seperti ini. Alarm dosaku berbunyi kencang.  kata kata ini seolah teguran, sekaligus  tamparan yang diberikan Alloh swt melalui seorang UJE.

Aku hanya bisa menunduk. Tidak berani menangadahkan kepala.

Setiap kegiatan majlis ahad pagi , masjid Qubah Biru pondok Indah, tempat beliau mengisi khutbah. Jika aku hadir, pasti dipanggil ke depan, dan selalu diberikan kesempatan memberi tausyiah.

Pastinya, aku lunglai. Merasa dosa dan salahku setinggi gunung merapi- semeru -merbabu ,menjadi satu. Harus aku tanggung.

Awalnya aku malu pada sosok manusia yang super tawaddu bernama Jefry Al Buchory. Namun berakhir pada malu sejadi jadinya pada Alloh SWT.

" Saya juga banyak dosa adinda" , selalu itu jawaban spontan yang keluar dari bibirku.

" Bang, kita sama sama mencari ampunan Alloh swt, saya percaya Alloh mempertemukan kita, karena cinta Alloh pada kita. Semoga silaturahmi ini mengantarkan kita ke pintu surga ya bang. Abang merasa banyak dosa. Apalagi saya bang. Saya mohon selalu dibimbing dan didoakan bang ".

Jika aku teringat kalimat itu, hatinya serasa hangus terbakar. Habis, karena tumpukan dosa yang bertimbun banyak. 

Aku sangat sadar. Belum dan takkan pernah pantas untuk bertausyiah.  Jangankan bertausyiah, mendakwahi diriku sendiri pun belum beres.

Tapi aku tau, itulah cara Uje untuk mendorong munculnya kader kader Dai. Munculnya generasi muda Islam  yang " terperbaiki". Menginsafkan tanpa menyakiti. Mengajak tanpa mendzholimi. Menuntun tanpa menggurui. 

Bersama dengan adinda ustadz taufik syahniar, ustadz beben rich, juga banyak dai muda bermunculan saat itu.

" Bang, jangan risau berapa jamaah yang datang saat kita bertausyiah. Makin sedikit jamaah, makin baik bang. Karena beban dosa kita pun jadi lebih sedikit. Karena yang kita sampaikan, harus dipertanggung jawabkan pada Alloh swt sesuai jumlah jamaah yang hadir. Semakin sedikit jamaah,makin sedikit beban dosa yang kita tanggung".

" Saya ingat nasehat abang: popularitas adalah ujian iman. Perbanyak taubah , agar Alloh swt , menyegerakan kita berjumpa denganNya. Ketimbang kita dimabukkan oleh kepalsuan Dunia".

Masya Alloh.

Al fatihah untuk Allohuyarham al Ustadz Jefri Al Buchory ( Uje)

Untuk saudaraku ustadz Taufik Syahniar.

Kerinduankita berjumpa lagi selalu ada.

Kita selalu sambung lewat doa.

Bumi penyengat 30 .08.2020






5Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post