name='rating'/> Serba serbu NU garis Lucu: Ketika nga- NU sudah mulai jadi nge- MU
Aku ikut pada muktamar NU Jombang tahun 2015. Pastinya bukan sebagai peserta muktamar. 
Tapi sebagai tamu yang tak diundang. 
Hanya karena pengen berburu foto dengan Presiden atau Wapres , atau pejabat. 
Dan tentunya Inul darastista yang legendaris. 
Sehingga Bapak Bangsa Gus Dur , turun membela. 
Sungguh niatku ini jauh dari mulia , adab dan etika. 
Dan akhirnya niatan Ga Jelas alias GeJe itupun tak terkabul jua. 

Malah aku duduk di tenda bersama Allohuyarham KH Agus Zaki Hazdik ( kala itu aku memanggil beliau Gus Zaki) , di tengah lautan manusia. 
Menyaksikan atraksi sholawat badar, nyanyian Mars NU , Mars Jalal Wathon dan aneka murothal yang keren.  Sambil membeli pernak pernik muktamar. 

Sarungan, ngancani ngudut dan ndeprok ! 

Lalu mulailah memilih. Tapi bukan memilih AHWA atau ketua umum PB NU. Melainkan memilih Pin, Songkok, Kaos dan pernak pernik berlogo NU. 

Dan tentunya sandal jepit  merek Swallow. 

Ini ternyata pernik terpenting bagi muktamirin.
Karena luasnya tempat, dan penuh bertenda tenda. Sehingga  sepatu bikin ribet. 
Lebih pas pake sandal jepit. Setidaknya sandal  menempati posisi eksklusif dibanding mobil. Popularitas sandal merek lily mengalahkan eksklusivitas mobil mercy bahkan lamborghi. 
Sandal pasti tertata rapi sedekat mungkin.
Sedang parkir mobil semahal apapun, selalu di geser sejauh mungkin. 

Jadi jangan heran kalau di muktamar yang diumumkan tentang sandal yang hilang dan tertukar. Bukan nomor mobil atau motor yang parkir sembarangan. hahaha. 

Dan muktamar NU ke-34 yang berlangsung di UIN Bandar Lampung dan Unila Bandar Lampung, aku tidak ikut.
Karena memang sedari dulu, statusku sebagai peserta tak diundang, dan butiran debu yang tak bermakna, hanya memungkinkan jika pelaksanaan muktamar di pulau Jawa. 
Jika diluar Jawa, duh, harus nunggu ada yang Cair hahaha. 
Sehingga rasa ingin  tahuku tentang  muktamar ke 34 yang pembukaannya di Ponpes Darussa’adah, Gunung Sugih Lampung Tengah sangat besar. 

Maka proses interview yang mengarah pada interogasi pun, aku lakukan. 
Kang Fandi Gansar Gunsar sang marbot Klinik Tanpa Kasir pun, aku sasar duluan. 
Dan katanya , muktamar kali ini berlangsung cukup 'mendebarkan'. 
Alih alih dia bercerita tentang tentang dinamika politik organisasi yang sebenarnya biasa terjadi.
Atau apakah ada upaya  pihak tertentu yang mencoba memprovokasi dan memproduksi hoaks untuk memojokkan salah satu pihak? 

Bukan. Bukan itu yang membuat muktamar ini “mendebarkan”. Malahan itu bukan masalah yang penting bagi muktamirin yang hadir.

Lalu apa dong? 

Menurutnya ada yang lebih 'berbahaya' dari itu.
Banyak peserta Muktamar NU menilai bahwa muktamar NU kali ini sudah tidak berada pada jalur idealisme organisasi.

Waduh, sampai serius begitu? Padahal sepertinya semua senang, hepi dan bahagia. 

"Itu menurut njenengan yi. Karena melihat dari media tipi dan medsos. Kulo yang ikut. Kulo malah merasa , sepertinya Muktamar ini nggak terasa berwarna NU. Malah lebih mirip  ke-Muhammadiyah Muhamadiyah-an," katanya.

"Lho piye kang, kok Muhammadiyah?Maksudnya bagaimana? “ tanyaku, heran.

"Inggih yi, selama Muktamar berlangsung, nyaris semua kegiatannya tepat waktu. Dan mulai acara pembukaan sampai forum hari ini (23/12) , semua pesertanya serius banget yi. Mboten wonten sing  guyon lan gojegane ( tidak ada yang guyon dan bercanda). 
Malah mulai pendaftaran sudah tampak ‘main keras’ . Semua tertib administrasi dicek, diperiksa. Pake barcode, sistem online. Surat vaksin, swap dan PCR semua diminta dan diperiksa panitia. 
Panjenengan sendiri ngertos tiyang NU sukanya guyon, bercanda. Ini serius sedoyo yi. 
Tapi ada  lagi yang terakhir ini yang paling bahaya. Ini yang mempertaruhkan identitas ke-NU-an kita sedoyo yi !" Jelasnya, serius. 

"Duh, opo maneh kang?" aku makin penasaran.

"Hampir di semua area Muktamar, tertulis DILARANG MEROKOK! 
Ini kan  sangat berbahaya yai. Sungguh mencederai identitas ke-NU-an kita. 
Masak, orang NU kok dilarang merokok. Di SPBU saja, ada keistimewaan buat orang NU. Tuh, ada tulisan: NU Smoking. Masak di ruang Muktamar nggak boleh!" jawabnya.

Duh tepok jidat! 

"Walah, Kang…..Nyesel aku ndenger ceritamu panjang-panjang gini," balasku, menggerutu. 
Tapi batinku tertawa terbahak-bahak sampai kesedak!

Eh, masih dilanjutkan rupanya!

“Sudah gitu dilarang tidur sembarangan dan dilarang memakai sandal merek Lily . Makanya wonten Yai atau Gus  yang sandalnya tertukar. Rupanya karena bu nyainya nyuruh pake apa saja asal jangan merek lily, kuatir dipakai tidur sembarangan” 

Gubrak. hahahaha.

Ya gitu itu, orang NU. Kalau Ga ngerokok, Ga Sarungan, Ga sendalan itu katanya "ora pati NU"
Apa lagi, wani rabi bola bali, pasti bukan NU.

Karena wong NU itu setia pada kiyai dan ora wani karo bu ‘nyai’

😄😄😄
Ketawalah agar selalu sehat

BG, 25.12.2021 
Salam bahagia dokterGeJe



0Comments

Previous Post Next Post