name='rating'/> The Legend: Prof DD, Ujian Coass dan aku
Hisnindarsyah 

Sungguh, duka cita yang sangat mendalam.
Satu lagi putra terbaik kelahiran Makasaar, berpulang hadirat Ilahi Robbi.
Beliau adalah salah satu guruku yang sangat aku segani ( lebih tepatnya aku takuti) sekaligus aku kagumi.

Semasa aku Co-ass atau dokter muda, jarang ada yang bisa lulus ujian dengan beliau. Dan jika ada DM atau dokter muda yang lulus diuji beliau, pasti yang bersangkutan sangat pintar. Dan ternyata benar.
Banyak teman seangkatanku yang lulus diuji beliau, sekarang telah menjadi Doktor dan staf di ilmu kesehatan Anak Unhas. Hanya 1 persen yang lulus. Selebihnya, pasti gagal dan mengulang.

Jika pengundian penguji DM , dapat dokter DD. Pasti, semua langsung tutup buku. Dan termangu, memikirkan dosa apa yang diperbuat, sehingga mendapat beliau sebagai penguji. Maklum , cara berpikir mahasiswa yang masih mau serba enak . Tidak usah belajar, tapi lulus ujian. Hehehe.
Demikian pula ,itu yang kurasakan dimasa itu, ketika tercantum nama Dr DD sebagai pengujiku. 

Aku datang jam 19.00 , mengambil status pasien ujianku. Dan duduk terpekur disamping ranjangnya. Tidak lagi belajar, mata nanar menatap sedih. Membayangkan ujian 'bergengsi' yang besok kujalani. Ujian yang dilakukan oleh penguji keren, ilmunya tinggi, murah senyum, tapi jarang ada yang bisa lulus.

Jujur, status pasien hanya aku pandangi lembar per lembar , sambil membaca Sholawat, ayat kursi dan semua doa yang aku bisa. Hanya pertolongan Alloh saja yang bisa meloloskan aku, pada ujian besok.Aku hanya duduk terpekur, disamping pasien. Belum bertempur, sudah hopeless. 

Aku jadi senyum senyum sendiri jika ingat kejadian hampir 30 tahun lalu itu.

Dan terbukti. 

Aku tidak lulus ketika ujian pasien atau bed site, oleh beliau. Tentang pasien Dengue Virus atau Demam Berdarah.
Dan malangnya, pasien yang aku rawat pun, meninggal. Anak anak usia 10 tahun. Karena keteledoranku. Tidak memperhatikan cairan yang masuk dan keluar. Sehingga terjadi dehidrasi. Shock hipovolemik. 

Aku pun harus berhadapan dengan dokter DD. Demikian , beliau memiliki singkatan atau panggilan khusus.

Dibuatlah kelas khusus. Jam khusus. Sidang khusus.Paparan morbiditas pasien.
Aku memaparkan tentang case report Demam berdarah dan bermacam macam virus yang ada saat itu. Serta pengaruh terapi cairan pada tubuh kita.
Beliau menyerbu dengan aneka pertanyaan. Dan pastinya , aku bingung dan blepotan menjawabnya.
Dan beliau marah. menegurku. 
Karena lalai dan tak paham dengan pasien. 

Lalu setelah itu , mulailah beliau menjelaskan pada seluruh co ass dan PPDS yang hadir tentang Virus dengue , jenis, macam serta patofisiologinya. Termasuk terapinya.
Dengan detail, rinci dan Sangat mudah dipahami.
Nalar, rasio dan logika beliau sangat luar biasa. Aku hanya bisa berdiri termangu di depan dan bengong. 1 jam lebih , yang serasa bertahun tahun. 
Menatap paparan OHP beliau, dengan perasaan nano nano. 

Dan hasilnya, seperti diduga. Aku harus mengulang kepaniteraan klinik di bagian anak.

Tapi aku sudah mulai belajar menalar rasionalitas beliau. Yang selain masih muda, selalu berpenampilan selalu necis, sangat hobby berdiskusi tentang segala hal. Tidak hanya bidang ilmu kesehatan anak saja.
Sehingga aura intelektualitas akademisnya selalu nampak.

Akhirmya dalam perjalanan waktu, aku kembali ujian , dan lagi lagi dapat dengan beliau.
Seperti biasa bed site visite pasien pun ,ku lakukan, aku menjelaskan semuanya tentang pasien anak dengan kelainan darah. Thalasemia. 

Beliau menyimak dengan tenang dan 'saat ini'menjadi pendengar yang baik. Dokter DD hanya ajukan satu pertanyaan saja " apa ada terapi untuk pasien ini dan bagaimana prognosisnya? ". Setelah mendengar penjelasanku yang tetap 'blepotan'. Dengan keringat berbutir butir. Kami semua berjalan ke kelas.

Aku dan semua yang ikut ujian visite tersebut duduk. Lalu dengan tenang, beliau mengulas tentang Thalasemia pada anak. Dengan penjelasan yang detail, terstruktur dan mudah dicerna. Paparan dengan menggunakan OHP, terasa sangat mudah dinikmati. 

Jujur, kalau tidak dalam kondisi stress karena ujian, ketika mendengar beliau memberi penjelasan, serasa menyaksikan seorang penyanyi melagukan lagu yang sangat nikmat untuk diikuti. 

Yah, jiwa pendidik itu ada pada darah dan jiwa Prof DD. 

Ada satu kalimat beliau yang aku tidak pernah lupakan dari beliau ketika menutup sesi ujian tersebut. " pasienmu itu, bukan orang dewasa bertubuh kecil, tapi seorang anak kecil yang mempunyai harapan masa depan yang besar. Bantu wujudkan harapannya, dengan kau jaga kesehatannya. Jangan kau sembarangi dia, karena siapa tau kelak dia akan membesarkan bangsa ini, dan itu jadi amalmu dan amal kita semua".

Dan tetap, di ujian kedua ini aku tidak lulus. 

Namun bagiku, dirimu tetap Sang Guru Besar keilmuan yang mengajarkan rasionalitas , nalar disertai ilmu kebajikan.

Selamat jalan menuju jannah Sang Maha Guru Rasionalitas Relijius Prof DD.
Kami semua murid dan orang yang telah disehatkan Alloh ta'ala,melalui tanganmu, sangat berduka.
Al fatihah.

Bumi gurindam 04.02.2021.
#DokterGeJeBlangkonputih
#Bersyukurpernahdiajardandiujibeliau
#Kenangansaatcoassdipediatrikunhas

-------------------------------------------------------------------------

Obituari Prof.Dr.dr.Dasril Daud,Sp.A.(K)
oleh:
Dahlan Abubakar 

Sang “Summa Cumlaude” Ramah itu Telah Tiada
   
 Tahun 2002 di podium ilmiah yang agung di Universitas Hasanuddin, dia berdiri gagah. Mengenakan jas lengkap dia menghadapi sejumlah penyanggah dan promotor serta co-promotornya. Dia akan mempertahankan disertasi berjudul “Cacat Molekul dan Ekspresi Fenotipik Thalasemia Beda dan Hemoglobin O Indonesia di Sulawesi Selatan”.  

Saya beruntung dapat menyaksikan lelaki yang berdiri gagah itu. Lelaki itu, Dasril Daud, yang hari ini berpulang ke rahmatullah dalam usia 68 tahun, 6 bulan. Sejak itulah saya mengenalnya dengan baik. Hampir setiap pertemuan, apakah berpapasan di jalan dan halaman gedung Rektorat Unhas, almarhum selalu berhenti sejenak hanya untuk sekadar bertanya.
“Bagaimana kabar?,” sapanya pelan diiringi senyum yang selalu merekah.  

Dan setelah orasi penerimaan jabatan guru besar, 2 September 2010, saya lama tak berjumpa, seiring dengan berakhirnya masa jabatan saya sebagai Kepala Humas Unhas Juni 2012. Ketika kembali menduduki posisi itu 28 April 2015 hingga purnabakti 1 Februari 2017, saya jarang lagi bertemu. Namun, setiap saya ceritakan kepada istri yang juga kerap bertemu almarhum di RSUP Wahidin Sudirohusodo, tempat istri bekerja, selalu mengatakan termasuk maha guru yang ramah dan murah senyum.  

 Pria kelahiran Makassar, 23 September 1952 tersebut, bersama Hj Truly Dasril Djimahit istrinya dilaruniai dua anak, Tanri Fathky dan Nadya Nurul. Almarhum beberapa waktu yang lalu dikabarkan terpaper Covid-19, sebagaimana diwartakan media sosial. 

Saya beruntung mengenalnya. Posisi saya sebagai Humas Unhas yang juga wartawan, memungkinkan nyaris tidak ada orang yang lewat begitu saja jika berurusan dengan masalah akademik (promosi doktor dan pidato pengukuhan jabatan guru besar) di Ruang Senat Unhas Kampus Tamalanrea.

Tanggal 2 September 2010, Prof.Dr.dr.Dasril Daud, Sp.A. (K) berduet dengan Prof.dr.Peter Kabo, Ph,D menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besar dalam Bidang Ilmu Kesehatan Anak,    
Ketika mempertahankan disertasinya pada tahun 2002, Dasril Daud merupakan satu-satunya promovendus di Universitas Hasanuddin yang meraih yudisium dengan predikat summa cumlaude. Itu lantaran hasil penelitiannya yang sangat luar biasa dan dipertahankan dalam ujian promosi doktor ketika itu. Dasril juga terpilih sebagai alumni berprestasi pada Ulang Tahun ke-50 Fakultas Kedojteran Unhas, 2006.

Dalam orasinya, Dasril Daud mengatakan, talassemia sebagai penyakit genetik, merupakan penyakit darah bawaan pada anak yang paling banyak dibahas, paling sedikit diteliti namun paling lengkap diungkapkan kelainan molekulernya. Selain itu, talassemia adalah penyakit bawaan terbanyak di antara penyakit darah yang bersifat congenial, bahkan terbanyak dari seluruh kelainan genetik di dunia.
 ‘’Oleh karena itu, talassemia dapat dipandang sebagai suatu model yang menggambarkan perkembangan penyakit darah pada anak, bahkan sebagai model yang tepat untuk membahas penyakit genetik,’’ ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran dalam orasinya bertajuk Thallassemia sebagai Penyakit Genetik.Saat Kini dan Masa akan Datang.

Dasril menyebutkan, terjadi peningkatan perhatian yang sangat bermakna terhadap penyakit-penyakit genetic atau bawaan di negara barat dalam decade terakhir ini. Perhatian ini tidak hanya dalam profesi kedokteran, tetapi juga berbagai bidang lain seperti profesi hukum, politik, industri, dan asuransi jaminan kesehatan.

Alasan meningkatnya perhatian tersebut, kata suami Hj Truly Dasril Djimahit ini, karena penyakit genetik bukan hanya penyebab utama kematian bayi, melainkan bertanggungjawab atas morbiditas bayi. Pasangan suami istri menginginkan keluarga kecil dengan kualitas anak yang normal dan sehat. Tidak berkembangnya cara-cara diagnosis dini untuk penderita maupun pembawa sifat penyakit genetik yang memungkinkan diagnosis prenatal dan terminasi kelahiran secara efektif jika diperlukan.

 ‘’Keinginan melakukan program pencegahan bagi penyakit-penyakit genetik yang memerlukan pengobatan jangka panjang,’’ ujar Dasril Daud kemudian menambahkan, kemajuan penelitian dalam genetik molekuler, biokimia sel telah memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai patomekanisme penyakit=penyakit genetik.

Tak Diharapkan
 
Thallasemia adalah suatu penyakit genetik/turunan yang diwariskan dari kedua orang tua. Kedua orang tua secara klinis sehat, tetapi keduanya sebagai pembawa sifat. Penyakit ini diturunkan melalui pola pewarisan resesif autosomal menurut hokum Mendel. ( Berdasarkan penelusuran pada mesin pencari dunia maya google, autosomal adalah Penyakit keturunan adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua dan anaknya. Namun, bukan berarti setiap kelainan genetik tersebut pasti termanifestasi nyata dalam silsilah keluarga. Adakalanya tersembunyi hingga tercetus oleh faktor lingkungan seperti polutan, pola makan yang salah, dll.1 Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan. Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. 2Penurunan sifat autosomal pada manusia dibedakan dapat bersifat dominan maupun resesif. 3Suatu penyakit atau kelainan dikatakan menurun melalui autosom dominan apabila kelainan atau penyakit tersebut timbul meskipun hanya terdapat satu gen yang cacat dari salah satu orang tuanya.2 Sebagai perbandingan, penyakit autosom resesif akan muncul saat seorang individu memiliki dua kopi gen mutan.4
 

Biodata
Nama lengkap : Prof.Dr.dr.Dasril Daud, Sp.A.(K)
Tempat/tgl lahir : Makassar, 23 September 1952
Istri : Hj Truly Dasril Djimahit
Anak : Tanri Fathky & Nadya Nurul
Pendidikan:
SD (1964), SMP (1967), SMA (1971), Dokter FK Unhas (1978), Dokter Spesialis Anak (Sp 1, 1981), Pediatric Hematologiest (Hemsatologi anak) Department d’Hemetologie Infantile de l’Hospital Saint-Louis, Faculte de Medicine Saint-Louis Lariboisiere, Universite Paris VII, France (1987), Konsultan Hematologi-Ontologi Anak (Sp 2, 1992). Doktor Program Pascasarjana Unhas (2002).
Pekerjaan:
Dosen FK Unhas (mulai 1981-), Koordinator Sistem Hematologi FK UH (2002-), Ketua Sub Divisi Hematologi-Ongkologi Anak Bagian I Kesehatan Anak FKUH (2004-), KPS Prodi Dokter Spesialis I Kesehatan Anak FKUH (2006-), Ketua Konsentrasi Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu (Magister Kedokteran/Combined Degree) PPs UH (2004-), Dosen Program Doktor PPs UH (2002-), Anggota Subkomisi II (Evaluasi Proses Pendidikan) KolegiumI Kesehatan Anak Indonesia, dan Penguji Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Anak Indonesia (2002-). 
Penghargaan:
Dosen Teladan Unhas (1987), 
Lulusan Terbaik Pendidikan Doktor Unhas dengan predikat Summa Cumlaude (2002)
Alumni Berprestasi (Ultah ke-50 FK Unhas, 2006.
Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya 2010 dari Presiden RI.

(M.Dahlan Abubakar).

0Comments

Previous Post Next Post