name='rating'/> Jumat Barokah Anak Istimewa: ABK dan Anakku Azzel
Hisnindarsyah

Hari ini , Jumat barokah rutin YBSI, memang spesial. Sebut saja istimewa. Karena untuk ke sekian kalinya, diadakan di tempat istimewa. Sanggar Al Ikhlas, namanya di desa madumulyorejo Dukun Gresik. 

Sebuah sanggar yang menampung, merawat dan memberi perhatian bagi anak anak istimewa. Anak yang memiliki kebutuhan khusus atau ABK. Seperti Retardasi Mental, Down Syndrome, Tuna wicara, Tuna Rungu dan Tuna netra. Termasuk anak dengan problem kelainan jantung, anak autis dan Cerebral palsy. Sejak berdiri tiga tahun yang lalu, sudah 135 anak dengan kekhususan, yang dirawat di Sanggar ini. Jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran suatu desa. 

Banyak hal yang belum terungkap dan menjadi misteri ilmu kesehatan sehingga banyak anak yang memiliki kekhususan seperti ini. Rasanya, perlu menjadi bahan kajian ilmiah, mengapa di daerah tersebut, banyak penderita berbagai kelainan seperti itu. Agar tidak muncul , pemikiran  dan stigma yang digiring ke arah unsur mistis dan sejenisnya. Hingga saat ini aku belum mendapat info yang ilmiah , mengapa fenomena tersebut terjadi di sana.

Sanggar al Ikhlas ini dudirikan oleh  pasangan yang luarbiasa ulet dan tangguh. Mbak Sufiah Fiah  dan Mas  Slamet Junaedi. Yang satu ketua , mbak Sufi dan Mas Junaedi, sebagai pendirinya. Selalu berdua kemana mana. Berboncengan sepeda motor. Untuk mengurus anak anak tersebut. Bersama dengan putranya Heri, yang dipanggil mas Heri. Yang kebetulan seorang anak Tuna Netra. Tapi senang mengaji dan sudah hafal hingga 20 Juz. Masya Alloh.
Jujur, aku dan kami sekeluarga belajar tentang arti syukur pada beliau berdua. 

Mungkin ini sekilas saja tentang sanggar Al ikhlas.

Dan kali ini adalah yang  ke tiga  kali dalam dua tahun terakhir, YBSI beraktivitas disana. Bukan hanya memberi perhatian  dengan berbagi dalam bentuk barang saja. Tapi terutama dengan memeriksa kesehatan mereka. Karena letak desa yang sangat jauh di pelosok selatan Gresik. Dan hanya mempunyai 1 pustu. Maka akses layanan kesehatan, menjadi hal yang tidak mudah. Dan sangat dibutuhkan. 

Namun, biasanya aku jarang bisa turun langsung. Memberi layanan. Karena tugas di luar daerah membuat  istriku yang juga ketua YBSI Virly Mavitasari , lebih sering mengurus kegiatan ini,  ketimbang aku.

Sehingga, turunnya aku memberi pelayanan , bergabung bersama mereka, membuat recharge energi bagi jiwaku sendiri. Agar lebih banyak bersyukur. Dan terus bersyukur.

Sungguh buatku, kegiatan ini menjadi istimewa dan spesial karena banyak hal. Selain karena diadakan di tempat anak istimewa. 

Pertama, ini pelayanan kesehatan pertama di masa pandemi Covid19 yang langsung diadakan di lokasi tersebut. 

" sejak pandemi Covid19, kami kebingungan untuk membawa kontrol anak anak ini. Karena tempat biasa untuk kontrol, RS Indrapura, telah berubah fungsi menjadi RS Covid19. Sehingga praktis, tidak tahu lagi kami harus bawa kemana. Pasrah saja, sambil tetap berikhtiar. Dan Alhamdulillah tim dokter YBSI bersedia turun langsung" , kata mbak Sufi dengan penuh senyum. 

Dan bagi kami sendiri, membuat layanan kesehatan di era pandemi Covid19 , bukan hal yang mudah. Kami harus ekstra ketat untuk. Mempersiapkan APD. Masker double, faceshield, Baju APD level 1 sampai sarung tangan , harus digunakan sejak awal. Belum lagi hand sanitizer serta perlengkapan lainnya. Semua harus ada dan saling mengingatkan. Prokes diterapkan ekstra ketat. 

Pasien pun diatur, tidak boleh berkerumun terlalu banyak. Hanya boleh maksimal 15 orang  paket anak orang tua, persekali kedatangan. Ada 3 sampai 4 trip layanan yang dikerjakan. Sehingga total ada 75 orang yang dilayani. Secara bertahap. Akibatnya waktu layanan menjadi panjang. Hampir 2,5  jam, kami di lokasi tersebut. 

Dan memakai APD lengkap kecuali sepatu both, di daerah panas,kering tak ber AC, bisa dibayangkan sendiri. Serasa di sauna. Basah kuyup. Tidak percaya? Monggo uji coba hahaha.

Tapi aku dan kami semua gembira. Semua relawan YBSI pun tertawa dan penuh canda, di tengah pengapnya APD , memberi pelayanan.

Mengapa? Sebabnya seperti cerita istimewa berikutnya.

Kedua, istimewa buatku karena aku duduk bersama dua anakku yang berkuliah di kedokteran. Aku dampingi sambil belajar menangani pasien.
Dan aku memilih duduk mendampingi anak cewekku , Azzeldine Aliya Zahira .

Mengapa? Karena diapun sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan anak anak yang dilayaninya.

Sebut saja seorang pasien , anak laki laki usia 4 tahun. Menderita autis. Semua yang ada didepan meja periksa , diraihnya. Lalu dijatuhkannya. Lalu tertawa senang. Seolah keinginannya tercapai. 
Tapi diagnosa autis ini, diagnosaku.  Karena anak ini belum pernah dibawa ke dokter. Tidak ada biaya dan tidak ada kendaraan. Hanya ada sepeda pancal untuk ke sawah.

Arfan Farza Syakell itulah nama lengkapnya. Biasa dipanggil Syakil. Anak dari pak warijo dan zuliatin. Yang kerjanya sebagai petani. 

Tapi anak ini luarbiasa. Meski masih Paud. Namun sangat pandai berbahasa inggris. Aku sapa dengan satu dua kalimat bahasa inggris. Dia merespon sangat baik, dengan tetap tidak menatap kepadaku.Juga pada  anakku yang menganamnesisnya.

Tiba tiba ingatanku menerawang lagi. 

Enambelas tahun yang lalu, saat Azzel seusia Syakil pun, perilaku mirip mirip. 
Nilainya selalu buruk di sekolah. Sering dapat angka O saat SD. Sehingga sering dianggap anak bodoh, kidal dan  tidak fokus. 

Saat itu aku sedang mengikuti sedang ditempatkan di luar Jawa: Sabang. Otomatis  istriku serta ibuku Soelistyowati Syahrawi , berduet. Untuk mengatasi problem yang dihadapi Azzel. 

Azzel anakku didiagnosa ADHD: Attetion Defisit Hiperaktivity Disorder . Gangguan pemusatan perhatian. Sehingga cenderung hiperaktivitas. Yang tidak Jelas dan membahayakan.

Istriku berjuang keras , mendampingi Azzel. Istriku berupaya mencari solusi kemana mana. serta berusaha menemukan apa kelebihannya. Karena dia yakin, Alloh SWT memberi kekurangan, tapi pasti ada kelebihan yang dimilikinya.
Hingga akhirnya istriku mendapat bakat yang terus digali. Dibidang fisik atau dinamik. Azzel menjadi atlet berprestasi di bidang anggar hingga skala internasional. 

Meski cerita tidak seindah dan semudah yang  di bayangan. 

Begitu banyak pahit getir yang dialami anakku azzel selama di sekolah. Di SMP dan SMA, dia jadi langganan dibully, bukan oleh temannya. Tapi oleh guru gurunya. Dengan menempelkan stigma sebagai anak yang tidak pintar, cenderung banyak aktivitas di luar sekolah. Bertanding anggar. Dan ini dianggap sebagai upaya bentuk pelarian dari kemalasannya. 

Sampai sampai, aku sempat membawa masalah ini keranah hukum. Tapi mental azzel sudah tertempa kuat. sangat kuat bahkan.

Sehingga, apapun kenyataannya, dia saat ini duduk mendampingiku  belajar menganamnesis pasien. Menjadi calon dokter. Dan pasien dihadapannya dianggap seperti cermin dirinya sendirinya. 

" Aku dulu kecilnya , seperti anak ini ya papi.  Aku akan belajar di kedokteran dengan sungguh sungguh, agar aku bisa membantu merawat anak anak ini. Sehingga nantinya mereka bisa menjadi dokter atau apapun yang dia inginkan. 
Cita citaku menjadi Spikolog atau Spikiater, sudah mulai bisa tampak. Dengan aku sekolah di Kedokteran. Semoga mereka bisa lebih", Demikian kata anakku Azzel sambil mengajak ibu syakil bercerita. 

Tentang dirinya yang justru kesulitan berbahasa. Bahasa nya selalu terbolak balik. Psikolog jadi spikolog . Psikiater jadi spikiater. Tapi sekarang dia sudah senester 5 Fakultas kedokteran . Dan duduk disebelahku,melihat aku merawat pasien. Dan bahasa, masih jadi kelemahannya. Seperti diriku juga, yang ahli bahasa 'salahpaham': salah berbahasa, tapi yang diajak bicara, paham. hehehe. 

Tanpa aku sadari air mataku menetes.

" Anak anak autis ini adalah cerminan diriku papi. Mereka masih punya masa depan. Dan semoga aku bisa menjadi salah satu motivasi buat mereka bahwa mereka bisa berhasil dibidang akademis dan bakat. Aku bersyukur punya mami yang keras tapi supportif mendampingi dedek terus. Yangti yang penuh nasihat,  Dan papi yang cakep ", katanya sambil tertawa dan memunculkannya senyum badutnya.

Surgaku, di dunia surgaku ada di jumat barokah ini.

Dan memang, hidup kita adalah cermin dari amal amal kita.

Terima kasih atas semua karuniaMu ya Alloh .
Terimakasih mbak sufiah dan mas Junaedi yang telah memberi kesempatanku dan relawan YBSI berikhtibar dari kalian yang Istimewa.

Salam kasih dari Tugu pahlawan 20.02.2021

DokterGeJeBlangkonputih







0Comments

Previous Post Next Post