name='rating'/> Virus dan Equilibrium Alam: YBSI Peduli Isoman Petugas kebersihan Makam
Hisnindarsyah

Alam memiliki cara cara yang hebat dalam menjaga dirinya. 
Bagaimana alam melakukannya?. 
Pada dasarnya alam memiliki proses alamiah.
Untuk memusnahkan makhluk hidup yang tidak lagi mendukung yang lain. 
Tidak hanya di alam. Dalam tubuh kita pun terjadi hal yang sama.
Regenerasi, degenerasi, Apoptosis, jasad renik.
Ibarat: Kelahiran, perjodohan , rizki dan kematian. Itu ada dalam sel dan alam.

Alam telah melakukannya selama jutaan tahun.
Dan akan terus melakukannya.
Kita mengenal masa prasejarah jutaan tahun silam. Dan itu nyata adanya. Fosil dan minyak bumi adalah buktinya.
Dan alam telah memusnahkan Dinosaurus dan spesies lainnya. Dengan menyisakan bukti untuk kita berikhtibar: belajar berhikmah. 

Ada beberapa spesies ini hidup hingga 200.000 tahun kemudian. 
Juga ada yang bertahan hingga 20 juta tahun kemudian. 
Sesungguhnya fakta ini menunujukkan dan sekaligus meyakinkan kekuatan species bernama manusia dapat bertahan. 

Mungkinkah kita bertahan selamanya? 
Atau kelak menjadi cerita seperti fosil di museum atau menjadi bahan bakar tenaga bumi? 
Ini ibarat memilih : menjadi pajangan atau berdaya guna ? 

Maka jika kita ingin bertahan selamanya, manusia seharusnya memilih untuk tidak sekedar menjadi hiasan di muka bumi.
Karena hiasan hanya bernilai saat dia utuh, tanpa retak . 
Dan ada di tempat yang memiliki 'harga' yang dicipta. Bukan harga yang ' bernilai'.
Jika dia rusak dan nilai ciptanya hancur, maka nilai manusia pun tak lagi berharga.

Jika manusia ingin bertahan selamanya, maka dia harus memberikan MANFAAT pada semuanya . Pada semesta alam dan isinya.

Jika itu tidak dilakukan, apakah yang akan alam lakukan?

Maka secara alamiah, alam akan memusnahkan manusia. Seperti halnya sel tubuh, akan membuang sel yang tidak betmanfaat. Sel sel mati. Mekanisme Apoptosis namanya.

Jika bumi tempat kita tinggal ditanya, bahagiakah dia saat ini? 
Cobalah bertanya pada hati, kira kira, apa jawabannya? 

Bisakah bumi bahagia, jika pohon pohom ditebang tanpa ampun. Lalu dibuat pabrik, perumahan dan real estate?

Bisakah bumi bahagia, jika udara kotor penuh polusi, air laut tercemari, bom bom dan pukat ikan merusak sumber daya hayati dasar samudera. 

Dan tanah ditimbuni sampah organik yang tak terurai. Lalu dibiarkan menggunung tanpa solusi.

Inilah sebagian kecil kenyataannya. Manusia ternyata lebih merusak alam ketimbang virus. Lebih berbahaya dari virus. Apapun jenis virus yang ada sekarang. 

Aku, kamu dan kita semua , telah sangat buruk memperlakukan hidup dan kehidupan di bumi Tuhan. 

Jika kita melihat makhluk hidup lain, saling membunuh untuk bertahan hidup. Atau karena mempertahankan diri . Bisa juga karena sangat kelaparan. 

Namun manusia saling membunuh makhluk hidup lain, bukan untuk bertahan hidup. 
Manusia saling membunuh untuk membuktikan kehebatannya. 
Kekuatannya.
kekuasaannya. 
Powernya. 
Termasuk sebagai bukti keserakahan dan kesombongannya.

Manusia berusaha saling membuktikan dominasi atas manusia lainnya. Termasuk kekuatannya untuk menguasai planet ini.

Tak jarang, mereka melakukan pertempuran, penghancuran, pengrusakan hanya untuk kesenangan. Lihatlah , bagaimana war game permainan, begitu banyak penggemar.

Dan ketika satu virus saja, bernama virus corona datang , menghantam superioritas manusia. Dunia nyaris lumpuh. Oleh jasad renik yang tak berkuasa tanpa inang berukuran 1000 nm.

Tidak sadarkah kita, bahwa ini adalah respon balik alam, terhadap perilalu semena mena kita selama ini, pada bumi?

Mengapa ini terjadi?

Karena kita belum memberikan MANFAAT bagi alam dan isinya. Atas semua eksploitasi terhadap alam. Atas yang kita ambil dari alam.
Hingga berulang ulang alam mengeliminasi manusia. 

Dan disampai saat ini pun, ternyata manusia tak sadar juga. Masih sibuk adu argumen, berdebat, saling menyalahkan. 
Mencari sumber masalah, sembari bersilang sengketa dalam mencari solusinya. Menambah masalah dan bukan menyelesaikannya.

Dimana letak masalah sesungguhnya?

Masalahnya sesungguhnya ada pada kesadaran kita sebagai manusia. Perilaku hidup kita yang egois. Terbiasa memisahkan diri atau berpikir kita hidup terpisah satu dengan yang lain di sekitar kita. Individualistik, superior dan serakah.

Dan pemikiran tentang keterpisahan ini menggiring alam sadar hingga memiliki genta: untuk menyalahkan dunia dengan adanya pandemi ini. 

Sekarang, saatnya kita harusnya sadar bahwa hidup itu tak mungkin terpisah satu dengan yang lain. Semakin kita tidak saling terhubung dengan alam sekitar, maka semakin kacau dunia disekitar kita. 

Jika ingin benar benar melihat dunia yang lebih baik maka kita harus berakselerasi dalam keseimbangan . Antara manusia - Alam dan Tuhan. Dalam bentuk kesadaran untuk kembali ke Alam, bersahabat dengan alam. Menyatu dengan alam. 

Dan meningkatkan keberadaan Tuhan dalam setiap nafas gerak kita. Melalui upaya bermanfaat bagi alam dan sesama.

Selamat berhari minggu 18.07.2021

Terimakasih atas gerak manfaat relawan YBSI yang dikomando oleh Ketua YBSI Virly Mavitasari dan Ketua Tim relawan muda YBSI Azzeldine Aliya Zahira untuk berbagi pada keluarga Isoman dhuafa, petugas pembersihan makam dan fakir miskin di wilayah Dukuh Kupang ( Eks Lokalisasi Njarak) Surabaya.
Semoga pembagiqn bingkisan sembako, masi box, suplemen, yang dalam jumlah terbatas tetap mampu menjaga equilibrium manfaat alam dan manusia

Salam kasih Dalam Doa
Hisnindarsyah Dokter GeJe 

#dokterGeJe
#GaJelas
#DoktorGePe
#GaPenting
#HBOT
#YBSI
#YayasanBangunSehatIndonesiaku






0Comments

Previous Post Next Post