name='rating'/> KITAB WABAH DAN TAUN DALAM ISLAM
Hisnindarsyah DokterGeJe 

Ketika baru saja meletakkan badan di tempat duduk. Untuk memulai kegiatan kali ini. Informasi datang dari divisi jaga. 
Ada paket baru saja tiba. 
Aku berpikir paket apa ? 

Setelah aku terima dan aku baca  baju suratnya. Ternyata  buku kiriman dari Saudara, Sahabat sekaligus Guruku:  H. Ahmad Firdausy M.Phil. Gus Firdaus Ahmad Firdausi, begitu biasa  aku memanggil. 

Tapi di kalangan NU ,  beliau senang di panggil Mas Yusi. Kesannya lebih " ngenomi", sehingga santriwati bisa jadi seperti adik adiknya. Bukan anak apalagi cucunya. 
Jadi kans mencari yang 'enom' , masih terbuka. Hanya sedihnya, beliau terlalu 'melow'. 
Wajah maung, hati meong. Sehingga ' matsna' lagi lagi berkutat di tanah wacana tanpa karya dan kerja  hahaha ampun Gus Ganteng.

Beliau ini seorang pendakwah yang keren. Dosen UINSA Surabaya. Sekretaris Rabithah Mahad Islamiyah  RMI NU Jatim:  Assosiasi Ponpes NU Jatim yang membawahi hampir 12 ribuan ponpes di Jawa Timur. Dan seabrek jabatan prestisius dan aneka profesi mentereng lainnya.

Namun beliau merasa lebih terhormat sebagai Juru laden RMI. Dan "Bakul Buku Dakwah"  ketimbang profesi lainnya. 

Aku adalah pengagum beliau. Terutama saat makan bersama: Yaqqul Jamiyah. Jarang ada makanan yang tersisa. Kadang dengan kerendahan hati, beliau menawarkan diri untuk menghabiskan makananku. 

Padahal aku pun juga sama. 

Jadi dengan penuh kesantunan, kami saling menawarkan diri untuk bantu membantu menghabiskan tumpeng, nasi box atau gorengan. Bersama sama, kami selalu bersemangat hadir di undangan Rotibul hadad, maulid, milad apa saja. Termasuk tahlilan. Mau protes bagaimana, wong tahlilan juga ada tumpeng  lauk 'engkung' dan ' ayam'. Meskipun setelahnya selalu ada beras yang kami bawakan untuk acara tersebut. Sadar diri. Paling banyak menghabiskan nasi hehehe. 
Itulah kebersamaan kami yang membuat kami dekat dan saling mengagumi. Hahaha. 

Dan kali ini beliau, sebagai bakul buku profesional,  beliau mengirimi aku buku berjudul " Kitab Wabah dan Taun Dalam Islam" karya Imam Ibnu Hajar Al Asqalani. Seorang ulama ahli hadist yang mengarang kitab Gathul Barrii ( 1372-1449). Yang diterbitkan oleh Penerbit Turos Khazanah Pustaka Islam.

Beliau hidup dimasa ketika Taun atau wabah hampir menghabiskan 1/3 populasi penduduk dunia di masa itu.

Memang belum aku baca buku ini. Namun dari 5 Bab yang dihadirkan, aku langsung melaju ke bab terakhir. Pada pendapat para ulama.

Dan betapa terkejutnya diriku.

Ternyata strategi menghadapi pandemi ini, sudah ratusan tahun lalu di terapkan oleh pemerintahan Islam.  Ketika wabah terjadi,  pintu masuk kota langsung ditutup. Warga diharuskan tinggal dirumah masing masing. Jika keluar rumah , harus memakai selendang yang menutupi sebagian wajah. Agar terhindar dari kerasnya angin yang bisa membawa wabah. Versi pemikiran mereka saat itu. 

Makanan dan kebutuhan hidup ditanggung oleh kekhalifahan. 
Bahkan dalam rumah, mereka diwajibkan membakar rempah yang merupakan campuran bawang putih , rempah dan bunga yang harum. Mungkin semacam desinfektan.

Jenazah yang meninggal karena sakit, hanya boleh diurus oleh orang yang dipilih oleh kekhalifahan . Yaitu orang yang dianggap paling kuat dan sehat diantara mereka. 
Dan jenazahpun dimakamkan terpisah dari pemakaman umum. 
Sholat jamaah pun dibatasi. Karena orang harus lebih banyak tinggal dirumah.

Dan ternyata orang yang tidak setuju dengan cara ini juga ada. Mereka menyebut perilaku itu adalah Bid'ah. Bahkan memprovokasi masyarakat untuk keluar rumah. Berkerumun dengan alasan  melakukan sholat istisqo berjamaah. Minta hujan dan terhindar wabah. Dengan beramai ramai. 

Lalu apa yang terjadi setelahnya? 
Yang sakit makin banyak. Korban yang tewas makin bertambah. ( Halaman 331).
Akhirnya kekhalifahan pun bertindak tegas. Membubarkan mereka. 

Menariknya, kekhalifahan juga  mengontrol harga pasar untuk bahan kebutuhan pokok. Bahkan mengurangi harganya hingga separuhnya  seperti harga tepung dan buah delima. ( halaman 335).

Untuk yang sakit keras, diperintahkan tidur dan dimonitor oleh kekhalifahan. Termasuk kebutuhan pokoknya. Ada petugas khusus yang berkeliling untuk itu. 

Tidak hanya itu. 
Ada petugas khusus yang berkeliling. Untuk melatihkan bacaan  kalimat Sholawat, Istigfar dan kata ' Laa Illaha Illallah', pada seluruh orang yang sakit. Diajari Talqin. 
Nampaknya ini strategi " mengembalikan pada Alloh". Ketika semua upaya yang dilakukan susah 'Mentok'. Sudah maksimal.  
Dan ini juga sudah terjadi.   Dimasa itu, ratusan bahkan 1000 tahun yang lampau. Sudah ada petugas rohani yang berkeliling menemui pasien pasien. Masya Alloh.  Luarbiasa. 
( halaman 336)

Tulisan ini di buku ini  dilengkapi dengan riwayatnya, nash dalil dan kitab rujukan. Bukan asal asalan. Apalagi 'ngarang ngarang' . Keren!

Ternyata yang kita alami saat ini, bukan merupakan hal yang baru. 
Cara menghadapinya juga sebetulnya sudah pernah dilakukan. Sudah  dicontohkan  ratusan tahun bahkan 1000 tahun yang lampau.
Termasuk adanya orang yang sengaja 'ribet'. Yang menentang kebijakan pemerintah , dengan mempengaruhi orang yang lain. Memprovokasi.  Dengan membawa-bawa agama dalam urusan kehidupan bermanusia dan kemanusiaan. 
Ini ternyata juga bukan hal yang baru.

Yang baru buatku bahwa buku KITAB WABAH DAN TAUN DALAM ISLAM karya imam Ibnu Hajar Al Asqalani membuka wawasanku bahwa Islam Itu 'ngepop'.  Up to date dan tidak pernah ketinggalan jaman. Karena telah mampu memprediksi apa yang perlu di lakukan di masa depan. Dengan belajar dari sejarah masa lalu. 

Dengan catatan, kalau mau belajar. 

Mengapa? Karena kitab dan rujukannya ada dan jelas. Kalau ada yang minta riwayat, nash, dalilnya , ada. Bukan sekedar ijtihad yang memaksa untuk taqlid buta.

Tinggal kita saja. Mau atau tidak  mengimplementasikannya saja dalam kondisi milenial. Jika tidak pun, tak apa apa. Cukup kita jadikan sebagai pertimbangan saja. Tanpa harus meremehkan dengan kata kuno dan tak relevan. 

Setelah ini, diluar waktu padatku, aku akan memaksa diri untuk membaca buku ini sampai tuntas. Dan membuat resensi bukunya. 
Sabar ya. 

Wallohualam bisshowwab
Maturnuwun guru dan saudaraku senampan Gus KH Ahmad Firdausi M.Phil

Jazakumulloh Ahsanal Jazza

Pertapan bumi gurindam 29.06.2021




0Comments

Previous Post Next Post