name='rating'/> Ijinkan aku berduka tanpa air mata
Ijinkan aku berduka
Tanpa meneteskan air mata
Melihat rakyatku berubah menjadi sayur mayur
Di balik bak truk usang. Yang jalannya terengah engah . Karena bermesin tua. 
Bertenaga keringat.  
Yang menetes dari rindu yang tersekat.

Ijinkan aku berduka
Dengan air mata yang tak lagi basah 
Menyaksikan rakyatku berubah menjadi galon air mineral, terjangkit ayan dadakan, 
Dan berteriak teriak memanggil Tuhan. 
Dari atas sepeda motor reyot dan mobil haice usang. Bahkan dengan sepeda pancal. Yang dikayuh dari ujung barat ke ujung timur pulau Jawa.  
Hanya karena rindu yang tersekat. 
Oleh pandemi yang makin menggila . 
Dimana mana.

Ijinkan aku berduka
Tanpa air mata 
Menyaksikan rakyatku memilih turun.
Dari bus bus, mobil travel dan mobil pribadi. 
Di jalan tol , jalan provinsi bahkan jalan bergunung dan berhutan belukar.  
Lalu menuntun anak istrinya , dengan membawa beban bawaannya. Beratus ratus kilometer , panjang perjalanannya.
Demi kebahagiaan sekejap.
Menghirup harumnya padi dan berlutut dikedua kaki , Abah dan umi. 

Meski semua itu mereka lakukan 
Dalam senyap, dalam tenang, dalam diam
Tapi aku tahu, mereka berdoa dalam sabar. 

Ijinkan aku berduka
Ketika mobil mobil transportasi umum 
Berjalan tak terisi , hanya ada kernet dan pengemudi
Pedagang mulai sepi dan kehilangan pembeli
Pasar dan warung kopi , jamnya pun dibatasi

Aku sangat paham. Bisa menerima . Dan loyal. 
Semua ini demi kebaikan bangsa ini sendiri
Agar pandemi tak semakin menjadi jadi.

Tapi, bagaimana bisa mereka pahami? 

Jika disaat yang bersamaan ratusan warga negara asing dari pusat pusat pandemi, malah mengalir terus berdatangan. Tanpa henti.
Tak terpengaruh larangan mudik 6 -17 mei? 
Dengan alasan telah melewati proses administrasi, pemeriksaan kesehatan. 
Dan karantina yang hanya lima hari ?

Ini mutasi pandemi yang sangat luarbiasa.
Pusatnya, justru bukan dari bangsa dan rakyat kita. Tapi dari negara negara luar sana. 

Mutasi pandemi corona berawal dari Afrika Selatan, Brazil, USA, UK dan Philipines. Dan menyebar India dan China. Jutaan orang sudah mulai bergelimpangan di luar sana.
Hingga mereka eksodus mencari negara lain yang dianggap aman dari Corona.  
Salah satunya adalah Indonesia. 
Pliss, jangan lakukan kebodohan.
Jangan pertontonkan kekonyolan vulgar. 

Di luar sana, negara negara di dunia sudah menutup akses masuknya untuk warga negara lain. Full LockDown. Bahkan Arab Saudi pun , sudah menolak jamaah dari Indonesia. 
Karena ketegasan sikap harus dilakukan. 
Demi menyelamatkan bangsa. 

Lalu mengapa kita berlaku ambigu?
Tegas bagi rakyat biasa. 
Tapi longgar bagi WNA? 

Sungguh pandemi ini , bukan main main.
Sudah banyak tenaga medis yang gugur dalam tugasnya. Bertempur dalam kesunyiaan. 
Saat sehat maupun kesakitannya. Dan harus menghadapi fitnah, ancaman dan kecaman.
Yang ternyata, mereka hanya jadi korban permainan. Oleh segelintir orang yang memanfaatkan kondisi pandemi yang menyedihkan. 

Dan lihat, angka penderita Covid19 pun sudah mulai meningkat pula.

Jangan salahkan rakyat biasa , yang tak lagi bisa diatur dan patuh pada aturan.
Tapi berkacalah pada diri sendiri.
Karena aturan dibuat bukan untuk dilanggar. Namun untuk ditaati. 
Diawali oleh diri kita sendiri. 

Ijinkan aku berduka
Karena negeri ini tak lagi buta mata
Tapi buta hati
Dan aku memilih, untuk berjalan dengan nurani.

Lawan dan perangi pandemi.
Namun tunjukkan bahwa bangsa ini harus dibela, dilindungi dan disayangi.
Bukan mereka. 

Ijinkan aku berduka. 
Tanpa bisa berbuat apa apa.
Kecuali sabar dan berdoa.

Bumi gurindam 09.05.2021
Tidak mudik sudah biasa
Tapi hati nurani harus bicara
Mohon maaf lahir bathin



0Comments

Previous Post Next Post