name='rating'/> Berbagilah Dengan Menulis Berpena Hati (Selamat Hari Pers 2021)
Hisnindarsyah
DokterGeJeBlangkonputih 

Menulis adalah hak bersuara bagi siapa saja.
Dan apa saja bisa dituliskan. 
Menulis adalah panggilan jiwa. 
Ya, sebuah panggilan jiwa untuk berbagi.
Karena sejatinya berbagi , tak selamanya berwujud benda atau bahasa lisan. Ungkapan lewat tulisan pun bisa jadi sesuatu yang indah dan bermanfaat untuk dibagikan.  

Apa pun kemudian medianya, substansinya sama: berbagi dengan hati. 

Ada ungkapan, “Teko berisi teh hanya akan mengeluarkan teh dan tidak akan mengeluarkan selainnya,”.
Maknanya adalah tak akan pernah terbagi sesuatu yang tidak pernah ia punyai. Bagaimana akan memberi jika tidak memiliki?

Itulah konsep yang ada dalam berbagi dengan menulis. Karena tidak akan bisa, sesuatu dituliskan jika tidak punya konsepnya. Jika masih samar samar. 
Jika dipaksakan, maka hasilnya akan hambar, kering dan tidak enak dibaca, meskipun berisi rangkaian kata elok berbunga-bunga.

Dan fitrah manusia itu untuk berbagi. Berbagi adalah sesuatu yang menyenangkan.
Terkecuali bagi jiwa yang sudah tidak memiliki kepedulian selain kepada dirinya sendiri.
Bahkan jiwa yang semacam itu pun tetap punya hasrat berbagi. Meski dengan maksud lain. Agar dipuji, agar dikatakan baik hati, dermawan dan sebagainya.
Itulah penting berbagi dengan hati. Sehingga tulisan yang ada, bukan untuk mengghibah, memburuk burukkan apalagi menfitnah. Bahasa jiwa dari hati, itulah esensi betbagi dengan menulis. 

Berbagi, bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja. Kemajuan teknologi telah memudahkan untuk berbagi. 
Istilahnya semua tinggal like share and comment. 

Dengan kemajuan teknologi, komunikasi massal mudah terjadi. Melalui email, jejaring sosial, blog, microblogging dan sebagainya. Sehingga berbagi menjadi lebih efektif dan efisien. 

Seseorang bisa dengan mudah menulis lalu mempublishnya ke blog, jejaring sosial dan media lainnya. Dengan sengsja, segera dibaca oleh orang banyak.

Salah satunya dengan menulis. Ya menulis adalah berbagi. Namun berbagi dengan dimensi tersendiri. Ada jenis-jenis berbagi. Ada banyak hal yang bisa kita bagi. Namun tidak semuanya perlu dibagi. Bahkan sebagiannya wajib kita tutup rapat dari kemungkinan dibagi. 

Apa contohnya? Yaitu aib. Jangan membagikan aib. Tutuplah rapat-rapat. 
Jika aib sendiri saja diperintahkan untuk ditutupi, maka apa lagi aib orang lain. 

Apakah seseorang bisa menyebarkan aibnya sendiri? Sangat bisa, bahkan sangat mungkin. Dengan kemajuan teknologi, sangat mudah menyebarkan aib sendiri. Misalnya menuliskannya pada status FB atau mengunggah foto atau video yang memuat aib ke internet. Dan sadar juga sengaja melakukan itu. 

Ada pula informasi yang lebih baik tidak dibagi kepada umum karena dapat disalahtafsirkan. Atau informasi yang tidak penting untuk diketahui oleh orang banyak. 

Oleh karena itu:

Tulis sesuatu yang bermanfaat. Tidak ada batasan tema . Hal hal sederhana. Tentang pengalaman sehari-hari, tips melakukan suatu pekerjaan, tentang teknologi atau apa saja. Yang utama adalah informasi itu berguna dan tidak menyesatkan. Jangan HOAX  

Tulis sesuatu yang sesuai kompetensi. 
Jangan keluar dari standard yang dimiliki. Karena banyak informasi sesat di medsos, dimunculkan oleh mereka yang tidak berkompenten membahas. 

Bahas saja yang seringkali kita hadapi atau solusi atas suatu masalah yang mungkin kita pahami dan ketahui. Dan beri solusi. 
Karena solusi yang terlihat sederhana itu mungkin bisa sangat berarti bagi orang yang mengalami.

Tulislah sesuatu yang menginspirasi, membangun semangat, membuat orang yang membacanya menemukan makna-makna baru, baik atas kejadian atau hal baru, atau atas kejadian lama tetapi dengan makna baru. Sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih dinamis.

Tulis sesuatu yang mendekatkan diri kepada-Nya. Karena bukankah kita berawal dari-Nya dan berpulang kepada-Nya? Dan untuk ini, tidak ada satu kalimat yang lebih baik dari nasihat, dan nasihat terbaik adalah apa yang kita dapati dalam al-Qur`an atau kitab suci agama lainnya. 

Tulis hal yang bermanfaat. Karena tulisan yang bermanfaat serta memberikan nilai tambah bagi orang lain, maka itulah hakikat berbagi yang sebenarnya. 
Dan bukankah manusia terbaik itu adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya?

Ibnu Al-Jauzi memberikan sebuah petuah bijak, “Dengan lisan aku hanya bisa menyampaikan ilmu hanya kepada sejumlah orang, sedangkan dengan tulisan aku dapat menyampaikanya kepada orang yang tidak terbatas yang hidup sesudahku.” artinya, tulisan ,bukankah akan jadi salah satu aset jariyah yang senantiasa mengalir pahalanya?

“Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR. Muslim, No. 2674).

Menulis, adalah upaya untuk membangun diri. Menulis menuntut kita lebih banyak memikirkan dan merenungkan, juga mentadabbur segala hal yang terjadi.

Karenanya, ia bisa menjadi salah satu upaya kita untuk menghidupkan hati. Karena hati hanya bisa disentuh oleh hati, maka tulisan yang menyentuh, yang menggugah dan memotivasi hanya bersumber dari hati yang sudah hidup, bukan hati yang mati. 
Maka, memotivasi diri sendiri terlebih dahulu adalah salah satu kunci keistiqomahan dalam berbagi kebaikan lewat tulisan. 

Maka menulislah dengan hati. 

Ketika kebaikan sudah diujung jari, jangan ragu untuk menuangkannya ke dalam lembar kehidupan.

Karena kebaikan bukan hanya milik kita sendiri. Kebaikan harus disampaikan dan tersampaikan. 
Dan berbagi tulisan adalah bagian berbagi kebaikan. 
Maka menulis untuk berbagi. 
Berbagi pena menggunakan hati. 

Selamat hari Pers 2021.
Jangan berhenti berbagi dengan menulis. Hal hal yang baik. Dengan hati.

Tafakur diri musholla al rasyid 9.02.2021
#dokterGeJelagitafakur
#hisnindarsyah_dr

0Comments

Previous Post Next Post