name='rating'/> Dokter GE JE Lalian ( pelupa) ,kebaikan Sang Jendral dan identitas diri cinta NKRI
Dari begitu banyak kebiasaan buruk dari diriku. Ada satu yang bikin keki. Buatku sendiri. Apalagi buat siapapun yg menganggap dirinya kawan, sahabat, saudara atau seniorku.
Apa itu ? Aku sulit mengingat nama. Kalaupun ingat, kadang salah sebut. Kalaupun penyebutan benar, kadang suku kata nya kebolak balik. Kacau banget. 

Lalian jeneng bahasa jawanya. Gampang lupa nama. Kalau wajah , biasanya ingat. Tapi mau menyebut nama, aduh sulit sekali mengingatnya.

Seorang sahabat masa silamku, kalau bertemu , pasti menggoda. Ah, kamu tuh yah, pasti lupa namanya. Tapi pasti ingat rasanya hahaha. Emang buah buahan kalee.

Untung, aku tidak jadi spesialis obgyn. Joke diantara mereka:  biasanya lupa nama dan wajahnya. Tapi kalau pas Nganu , Teman Sejawatku langsung mengenalinya. Hahaha maafkan saudara2ku.

Lalu solusinya bagaimana? Jika ada yang menyapaku , siapapun itu, pasti aku langsung senyum senyum. Sok akrab. Mengikuti topik pembicaraannya. Sambil berusaha mengingat, ini siapa yah ? Hahaha.
Atau kalaupun ingat wajahnya,  pasti lupa namanya. Maka obrolan akan jadi " waktu jeda" buatku mengingat, siapa lawan bicaraku ini hehehe.

Yah , paling susah dan parah kalo itu seniorku. Suatu saat dalam suatu forum, aku disapa seorang jendral. Bintang dua. Langsung menyerbu dengan kalimat: " awakmu paling lali karo aku ,le" ( kamu paling lupa sama aku, nak). Sambil tertawa , menyalamiku.
Pucat pasi, sambil tersenyum aku jawab" siap salah, jendral". 

" Biyen jamane nang mess, awakmu jek kuliah, numpak mobil taft, mesti dipanasi dulu straternya. Baru dikontak. Greng. Jalan.
Tapi seringnya mogok. Lah taftmu iku parkir pas depan kamarku. Jadi aku kebagian ndorong mobilmu hahaha". Sambil beliau tertawa. 
" setelah itu, awakmu mesti njaluk indomie goreng nang bojoku,hahaha, kita pernah punya cerita berjuang bersama . Dan awakmu lali jenengku, tapi aku ngga lali awakmu le".

Sang jendral tertawa, sang kolonel kemaren sore lemes dan hanya bilang" siap salah mohon ijin, maafkan kami bapak. Sudah merepotkan bapak di masa lalu". 
Jujur, kami ingat bapak, tapi memang kalau nama, kami lupa mohon ijin. Dengan wajah pasrah, pucat, dan memelas.

Sang jendral tertawa , sambil berlalu, berpesan " Tidak mengapa melupakan nama seseorang, tapi jangan lupakan kebaikan yah pernah kita terima. Dan jangan mengingat kebaikan yang kita berikan. Supaya kebaikanmu, yang bercerita siapa dirimu. Tidak perlu kamu bicara apapun. Alam akan bicara tentang siapa dirimu". Awesome General.  

Akhirnya, senjataku hanya satu. Tersenyum ikhlas. Pada siapapun. Sehingga , setidaknya, memupus "ke-keki-an orang, yang mungkin terjadi karena  aku lupakan identitas dirinya. Baik wajah maupun nama. Jadi kalau aku bertemu kalian, dan langsung tersenyum dan menyapa, jangan Ge er yah.

Contoh ektremnya baru saja terjadi. 
Hari Sabtu lalu,  di sebuah rumah makan di sekitar jalan dr Soetomo. Aku dan istri, janjian bertemu dengan kawanku bu Lenny Wijaya. Dia  baru pulang jalan jalan dari Taiwan. Mengajak lunch alias makan siang. Sambil tukar menukar oleh oleh hehehe.

Kebetulan bu Lenny, mengajak bibi nya yang sudah seperti orang tuanya sendiri. Perkenalanpun terjadi. Dan aku mengagumi sosok wanita berusia 62 tahun ini. Walau jumpa hanya satu jam saja.
Beliau lahir di Jombang, dilingkungan pesantren. Walaupun tetap menganut agama kristiani. Bersekolah di SD petra jombang. Tapi sering ikut komunitas Jowo yang ada di depan sekolahnya. Komunitas yang berkumpul di Universitas milik Nahdathul Ulama. 

Akhirnya, walaupun dia berdarah Tionghoa dan Jawa. Tapi dia lebih luwes berbahasa Jawa kromo inggil. Biasa mengikuti tarian Jawa. Penikmat Wayang Orang dan budaya Jawa. Hafal semua tokoh wayang kulit lengkap dengan cerita ceritanya. Punya tokoh idola : Sembadra atau Sembodro alias sumbadra. Istri pertama arjuna dan ibunda abimanyu. Pewaris terakhir tahta  Pandawa.

Ketika aku tanya tentang identitasnya. Dia katakan bahwa dirinya adalah Indonesia. Memang dalam dirinya sebagian besar mengalir darah tionghoa. Tapi dia sudah tidak mengenal kampung halamannya di Cina. Tidak bisa berbahasa Tionghoa. Lebih hafal gending Jawa. Dan paham tradisi tradisi agama Islam. Karena tinggal di wilayah dikelilingi oleh pondok pesantren di Jombang.

Identitasnya adalah Indonesia. Tidak diragukan lagi kecintaannya pada Indonesia. Karena dia sangat bangga menyebut dirinya sebagai tiyang Jawi: orang Jawa. Tapi dia tiada kuasa menolak takdir, ketika dalam darahnya memang lebih kuat mengalir darah Chinese alias Tionghoa.

Teringat beberapa waktu yang lalu, ketika artis  Agnes Mo, sempat viral dengan menyatakan dirinya tidak memiliki darah Indonesia. Tapi campuran dari berbagai bangsa di dunia.
Lalu siapa menjamin, darah yang mengalir dalam tubuh kita, akan membuat kita menjadi lebih Indonesia? Atau menjamin kita lebih cinta pada nusantara? 
Sebenarnya bangsa Indonesia yang ber bhineka Tunggal Ika ini, terdiri dari ras lokal: Jawa, Bugis, Batak, Ambon, Manado, Papua? Atau campuran Ras impor: Tionghoa, Eropa, Arab , India, Afrika? 
Tidaklah penting semua itu. Ketika kita sudah menyatu dalam ikatan kebangsaan bernama Indonesia.

Beliau sudah menyadarkanku bahwa dari manapun kita berasal: ras dan  bangsa yang berbeda. Tapi selama  dia berkonstribusi dengan prestasi baik, menjaga nama baik bangsa. Dan menunjukkan kebanggaanya sebagai orang Indonesia. Loyal, berdedikasi dan berintegritas. Maka itulah  dia, orang Indonesia yang sesungguhnya. 

Maturnuwun bu Tika atas cerita ceritanya yang sangat inspiratif dan luarbiasa. Atas kecintaannya pada tanah Jawa dan Indonesia.

Lalu lewat WA, beliau mengatakan
" Asmonipun kulo, Gina".
GUBRAK.!!!
Ampunnnnn dah. Malu kaleee aku.
Emang dasar aku ini Dokter Ge Je hahaha

Salam Cinta NKRI
Tanpa peduli apa yang mengalir di darahmu

Salam semangat Persatuan NKRI

BG 3.12.2020

#Bukuperangmelawancorona
#resepdokterblangkonputih 



0Comments

Previous Post Next Post